Semarang, Gatra.com - Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia) Jawa Tengah, mengaku telah merugi miliaran rupiah lantaran kebutuhan pasar dan jumlah pasokan yang tidak seimbang.
Ketua Pinsar Indonesia Jawa Tengah, Parjuni, mengatakan, selama hampir 10 bulan terjadi kelebihan suplai. "Kerugian setiap bulannya sudah Rp4.000 per ekor. Kalau dikalkulasikan selama 10 bulan terakhir, ya kerugian kami mencapai Rp240 juta sampai Rp40 miliar," katanya di Semarang, Rabu (26/6).
Parjuni mengemukakan, kerugian yang dialami peternak akibat kelebihan pasokan alias oversupply dari tingkat pembibitan sampai penjualan di pasar tradisional. "Kami sudah berupaya mengingatkan Kementan tentang bahaya oversupply ayam boiler di tengah masyarakat," ujarnya.
Ia mengaku kecewa terhadap kebijakan yang dilakukan Kementan selama ini. Sebab, imbasnya dirasakan oleh para peternak boiler di setiap daerah. "Harganya hancur-hancuran. Dari HPP-nya Rp18 ribu, sekarang harga jual boiler hidup hanya Rp8.000-Rp9.000 per kilogram. Ini sudah parah," ucapnya.
Menurutnya, Kementan melanggar hasil kesepakatan pada rapat koordinasi di Solo. Dalam rakor tersebut, Kementan menyepakati persediaan pembibitan dipangkas 30 persen. "Tapi kenapa sampai hari ini tidak juga disahkan. Padahal, di sisi lain efeknya itu baru kelihatan sebulan kemudian," ucapnya.
Oleh karena itu, Pinsar Indonesia menggelar aksi damai dengan membagikan 30 ribu ekor boiler hidup di tiga daerah, yaitu Solo, Semarang dan Klaten. Tujuannya, untuk meluapkan kekecewaan terhadap kebijakan Kementan.