Jakarta, Gatra.com - Untuk menyambut Revolusi Industri 4.0, Perusahaan Cybersecurity Indonesia, Fortinet merilis tiga risiko yang berkaitan dengan perkembangan ekonomi bisnis pada era digital.
Country Manager Fortinet Indonesia, Edwin Lim mengatakan tiga risiko tersebut yakni lambatnya pergerakan, sehingga kemunculan peluang dan proses tidak dapat diikuti oleh perusahaan. Kedua, buruknya pembuatan keputusan dalam hal investasi teknologi, pekerja dan mitra. Sedangkan yang terakhir, ialah risiko cybersecurity.
Menurutnya, pelaku bisnis harus dapat beradaptasi di era Revolusi Industri 4.0. Tidak hanya itu, mereka seharusnya dapat mengintegrasikan warisan teknologi yang lama dengan perkembangan teknologi terbaru.
"Transformasi digital tidak bisa dihindari, tetapi harus terus dibenahi. Cara Anda berbisnis, beroperasi, berkomunikasi dengan pelanggan, mencari feedback, dan sebagainya harus diubah dan disesuaikan dengan transformasi digital. Buang pola pikir dan infrastruktur TI [Teknologi Informatika] lama yang ada, karena itu bisa menghambat perkembangan bisnis saat ini," ujar Lim di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (25/6).
Lebih lanjut, Lim menjelaskan, cybersecurity terbagi dalam beberapa bagian. Diantaranya, risiko operasional; eksploitasi seperti ransomware; serangan DDos (Distributed Denial of Service); pencurian data; pembajakan situs; serta pencurian sumber daya yang dapat mengganggu operasi bisnis.
Selain itu, ada pula risiko reputasi. Lim mengatakan, berisiko besar bagi perusahaan. Saat suatu perusahaan mempunyai reputasi buruk, maka pelanggan, investor, atau mitra tidak akan lagi melakukan investasi terhadapnya. Hal itulah, yang kemudian dapat membuat suatu perusahaan gulung tikar.
Risiko selanjutnya yang dapat mengancam perusahaan ialah risiko investasi. Menurut Lim, melakukan investasi pada cybersecurity adalah hal yang sangat baik. Meski begitu, perusahaan yang berinvestasi pada cybersecurity yang cacat adalah sebuah kesalahan besar.
"Ingat, setiap dana yang dikeluarkan haruslah digunakan untuk efisiensi bisnis dan meningkatkan produktifitasnya," katanya.
Ia melanjutkan, tidak semua produk keamanan diciptakan sama. Pelaku bisnis harus mengenal bentuk masalah yang dialami perusahaan. Termasuk membedakan produk cybersecurity baru dan produk cybersecurity lama. Hal lain yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan produk cybersecurity yaitu, struktur bisnis seperti apa yang dimiliki, model bisnis yang dijalankan, dan apa saja yang termasuk dalam operasi bisnis.