Vientiane, Gatra.com - Sembilan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan memulai penjajakan peluang kerja sama di bidang infrastruktur kereta api, pertambangan, pupuk, pertanian dan perbankan di Republik Demokratik Rakyat Laos. Hal ini menjadi salah satu hasil kunjungan kerja kenegaraan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno ke negeri itu.
Sebelumnya Menteri Rini telah melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Laos, Thongloun Sisoulith di Vientiane, Laos pada Selasa pagi (25/6). Selain penjajakan peluang kerja sama bisnis sejumlah BUMN di Republik Laos, PM Laos juga menyatakan ketertarikannya untuk belajar pengelolaan BUMN kepada Indonesia.
Penjajakan bisnis ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan Perdana Menteri Laos dengan Presiden RI Joko Widodo di Indonesia pada 2017 lalu. Dimana salah satu topik utama pertemuan tersebut yakni membahas mengenai potensi kerjasama kedua negara di bidang bisnis, perdagangan dan investasi.
Selain bertemu dengan PM Laos, Menteri Rini juga bertemu dengan Menteri Pertanian Republik Laos Lien Thikeo dan Menteri Pekerjaan Umum dan Transportasi Republik Laos, Bouachan Sinthavong.
Usai pertemuan tersebut, pada malam harinya, Menteri Rini melanjutkan kunjungan kerjanya di Laos dengan menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman kerja sama antara sejumlah BUMN Indonesia dengan Phonsavanh Group yang telah mendapat dukungan dari Pemerintah Laos, yaitu Petrotrade dan Phaiboun Trading Import and Export.
Pada bidang infrastruktur dan transportasi, Indonesia Railway Development Consortium (IRDC) yang terdiri dari PT Industri Kereta Api (Persero), PT LEN Industri (Persero), PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk sepakat menjajaki kerjasama dengan Petrotrade dalam bidang pengembangan jalur kereta api dari Thakek di Laos ke Pelabuhan Vung Ang di Vietnam.
Untuk bidang pertambangan, PT Timah Tbk bersama PT Pupuk Indonesia (Persero) melakukan kerjasama dengan Petrotrade dalam bidang pertambangan. Dimana PT Timah Tbk dengan Petrotrade bersepakat untuk melakukan eksplorasi area pertambangan prospektif hingga proses pengolahan.
Eksplorasi dari pertambangan yang akan dilakukan tersebut salah satunya bertujuan untuk menemukan sumber baru bahan baku pupuk NPK yaitu KCL (Kalium Klorida).
Terkait kerjasama ini, PT Pupuk Indonesia siap andil sebagai offtaker yang akan menyerap bahan baku pupuk tersebut. Adapun PT Bukit Asam Tbk juga sepakat melakukan kerjasama jual beli batubara dengan Petrotrade.
Selanjutnya di bidang pertanian, PT Perkebunan Nusantara bersama PT Pupuk Indonesia dan Perum Bulog juga menjalin kerjasama dengan Phaiboun Trading Import and Export.
Penandatanganan yang dilakukan Viaentiane, Laos tersebut disaksikan oleh Menteri BUMN Republik Indonesia, Rini M Soemarno bersama jajaran Deputi Kementerian BUMN RI dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Laos, Pratito Soeharyo.
Hadir pula sejumlah pejabat Republik Laos seperti Menteri Energi dan Pertambangan Khammany Inthirath, Menteri Perencanaan dan Investasi Souphan Keomixay, dan Direktur Utama Phonsavanh Group, Od Phongsavanh.
Dalam sambutannya, Menteri Rini memandang Laos sebagai negara dengan potensi sumber daya alam yang sangat besar, dan memiliki banyak peluang bisnis yang bisa dikolaborasikan dengan BUMN Indonesia.
“Tim kami telah melakukan survei dan pertemuan dengan Pemerintah pusat dan daerah di Laos, serta perusahaan mitra di Laos. Kami melihat beberapa peluang bisnis yang dapat dikembangkan bersama di bidang pertambangan, pertanian, dan insfrastruktur,” kata Rini.
Kepada para pejabat Pemerintah Laos, Rini pun menerangkan bahwa BUMN di Indonesia saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam membangun negara dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. BUMN tidak hanya bertanggungjawab mencari keuntungan tapi juga menjadi agen perubahan dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
“Kementerian BUMN mempunyai tugas untuk membina dan mengawal peranan BUMN di Indonesia. Kami mempunyai sejumlah fungsi, di antaranya memformulasikan kebijakan bagi BUMN, mengoordinasikan dan menyinkronkan serta mengawasi implementasi kebijakan-kebijakan tersebut,” ujar dia.
Dari tahun ke tahun, lanjut Rini, kinerja BUMN Indonesia terus mengalami peningkatan. Tercatat pada 31 Desember 2018, total aset BUMN mencapai USD 573,93 miliar. Meningkat pesat dibandingkan aset pada tahun 2015 yang baru mencapai USD 402,8 miliar.
Laba keseluruhan BUMN juga terus mengalami peningkatan. Di tahun 2015, laba BUMN sebesar USD 10,49 miliar, namun di tahun 2018, meningkat signifikan menjadi USD 15 miliar.
Ditopang juga dengan belanja modal (Capital Expenditure/CAPEX) sebesar USD 31,8 Miliar, angka yang cukup agresif dalam mendukung pembangunan infrastruktur di Indonesia.