Semarang, Gatra.com - Pertemuan para penghuni lokalisasi Gambilangu dengan pemerintah kota Semarang berlangsung hari ini, di gedung pertemuan RW VI Kelurahan Mangkang Kulon, Kecamatan Tugu Semarang. Pertemuan yang membahas rencana penutupan kompleks lokalisasi di perbatasan Semarang dan Kendal itu di ikuti 250 penghuni wisma di kompleks Gambilangu (GBL).
Warga di kompleks Lokalisasi Gambilangu resah atas kabar rencana penutupan lokasi prostitusi tersebut. Dion, salah satu warga di Gambilangu menyatakan, pada umumnya masyarakat mulai khawatir karena mata pencaharian akan terganggu bila penutupan kompleks itu benar-benar dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang. "Warga sini masih waswas dengan rencana penutupan Pemkot. Kami masih bingung. Kami menunggu hasil pertemuan Selasa (25/6) ini," kata Dion kepada Gatra.com
Ketua RW 6 Kecamatan Mangkang Kulon Siti Rusma Daryani mengatakan, kendati ada rencana penutupan namun sebagian warga menginginkan agar perekonomian warga bisa terus hidup sehingga pemkot perlu memberikan solusi yang terbaik. "Kami berharap, rencana penutupan ini tidak mematikan perekonomian warga di sini," kata Risma.
Sementara itu Ketua Lokalisasi Gambilangu (GBL) Kaningsih mengatakan praktik prostitusi di Gambilangu yang sudah berlangsung sejak tahun 1980 lalu sudah menurun dan mulai sepi pengunjung. Saat ini tamu sudah jarang, sehingga kebanyakan warga mengalihkan usahanya dengan membuka tempat karaoke saja.
"Praktek begituan di sini sudah jarang ya, karena tidak ada tamu yang datang. Namun kalau mereka ingin esek-esek ya dilayani. Cuma, sejauh ini, sepi dan jumlahnya tidak seramai dulu," kata Kaningsih
Berdasar catatan Kaningsih, di kompleks Gambilangu setidaknya ada 86 wisma yang difungsikan untuk karaoke, Tarif karaoke di kompleks itu rata-rata berkisar Rp.60.000 per jam. Adapun jumlah wanita pekerja seks (WPS) sekitar 140 yang saat ini sebagai pemandu karaoke.
Kaningsih mengakui, adanya lokalisasi ini membuat usaha di lingkungan tersebut menjadi ramai. Dia pun ikut mengais rezeki dengan membuka warung kelontong. Karena itu, dia berharap, pemerintah tidak mematikan usaha di lingkungan Gambilangu. "Kita harapkan karaoke tetap ada dan dilegalkan, tapi prostitusinya dihilangkan jadi usaha warga bisa jalan," katanya.