Riyadh, Gatra.com - Visi ekonomi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyalurkan dana US$50 miliar di Timur Tengah mendapat penolakan negara Arab. Padahal ini merupakan upaya AS menyelesaikan konflik Israel dan Palestina.
Dilansir dari Reuters, rencana perdamaian ditolak oleh Palestina. Menantu sekaligus penasihat Trump, Jared Kushner, yang akan menghadiri konferensi di Bahrain pada 25- 26 Juni menvatakan program ini akan memperkuat ekonomi Palestina beserta negara tetangga.
Situasi politik tidak kondusif. Penolakan tidak hanya dari Palestina tetapi juga di beberapa negara Arab.
“Kami tidak membutuhkan pertemuan Bahrain untuk membangun negara kami. Kami membutuhkan perdamaian dan kebangkitan ekonomi. Diikuti oleh perdamaian. Mereka tidak realistis dan ilusi,” kata Menteri Keuangan Palestina Shukri Bishara, Minggu (23/6).
Beberapa partai liberal dan kiri Mesir mengecam konferensi itu. Sebagai upaya melegitimasi wilayah Arab. Mereka mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama, partisipasi Arab akan memperbaiki hubungan Palestina-Israel.
Otoritas Palestina akan memboikot pertemuan Bahrain. Shukri mengatakan hanya solusi politik yang menyelesaikan masalah. Menurutnya, ucapan Kushner hanya upaya menyuap warga Palestina agar menerima kependudukan Israel.
“Mereka masih yakin seluruh masalah perdamaian ekonomi adalah konspirasi, yang bertujuan hanya memberi mereka dana untuk proyek. Hanya agar mereka melupakan aspirasi nasionalis, ”kata Shukri.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel Jubeir mengatakan, kebijakan apa pun yang memperbaiki situasi Palestina harus disambut, namun sangat penting menangani proses politik dalam menyelesaikan konflik dengan Israel.
"Warga Palestina adalah orang yang memiliki keputusan akhir dalam hal ini. Karena ini adalah masalah mereka. Jadi apa pun yang diterima mereka, saya percaya semua orang akan menerima," katanya pada Minggu (23/6).