Jakarta, Gatra.com - Kelebihan pasukan (oversupply) ditengarai menjadi penyebab harga anak ayam hidup (day old chick/DOC) jatuh di pasaran. Menurut data Kementerian Pertanian (Kementan), potensi jumlah ayam Indonesia sebesar 3,5 miliar ekor atau 15,2 kg/kapita/tahun. Sementara itu, kebutuhan per kapita hanya 13,5 kg/kapita/tahun.
Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Rusli Abdullah mengatakan bahwa penyebabnya adalah data suplai yang belum teradministrasi dengan baik, sehingga ekspektasi meleset.
Baca Juga: Peternak Pembibitan Siap Jalankan Pembatasan Suplai Anak Ayam
"DOC untuk peternak ayam di kampung-kampung, tapi tidak untuk perusahaan besar. Perusahaan besar lebih suka impor bahan dari luar daripada menyerap ayam dari dalam negeri. Ekspektasi meleset, sehingga harga turun," ungkapnya di Jakarta, Senin (24/6).
Ia menambahkan impor yang dilakukan perusahaan merupakan hasil kontrak yang sudah ditandatangani sejak tahun lalu. Mengingat peternak lokal memiliki kapasitas usaha yang kecil sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan besar dari perusahaan.
Meskipun harga jatuh, Rusli berpendapat tidak ada penurunan permintaan produk ayam. Harga daging dan telur stabil. Konsumsi daging ayam juga sudah biasa dilakukan sehari-hari.
Baca Juga: Pakan Alternatif Karya Mahasiswa Kreatif
Meski demikian, rendahnya harga DOC tak terkait dengan stabilitas harga daging dan telur ayam. "Daging dan telur yang sekarang dari DOC 4 bulan lalu. DOC yang sekarang akan jadi daging dan telur dalam 3-4 bulan mendatang," ungkapnya.
Rusli berpandangan suatu skema diperlukan agar DOC langsung diserap oleh industri. Hal ini diharapkan dapat mendongkrak harga ayam. Saat semua DOC bisa tumbuh menjadi ayam hidup, bukan tak mungkin kelak harga daging dan telur bisa turun.