Semarang, Gatra.com - Memasuki awal kemarau, debit air di 41 waduk di Jawa Tengah mulai menyusut. Bahkan, ada sebuah waduk yang mengering dan dijadikan ladang pertanian oleh warga.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Dan Penataan Ruang (DPU SDA TARU) Jawa Tengah, Eko Yunianto, mengatakan, penurunan debit air antara lain terjadi di Waduk Malahayu, Cacaban, Rawapening, Kedungombo, Wonogiri, Lalung, Wadaslintang, Sudirman, Jatibarang, Penjalin, Jombor, dan Tempuran.
"Penurunan air waduk rata-rata mencapai 24 persen dari realisasi awal. Misalnya di Waduk Cengklik dari semula 1.622 juta meter kubik, saat ini berkurang menjadi 4.475 juta meter kubik. Lalu, Waduk Cacaban juga mengalami penurunan debit air menjadi 36.196 juta meter kubik," katanya di Semarang, Senin (24/6).
Kondisi terparah adalah Waduk Tempuran. Semula di waduk itu tersedia air 1.532 juta meter kubik, namun kini tercatat hanya 0 kubik, alias kering-kerontang. "Ini jelas menjadi perhatian serius bagi kami, apalagi sesuai informasi yang diperbaharui di BMKG, kemarau akan berlangsung selama tujuh bulan," ujarnya.
Eko mengaku saat ini sedang mengebut proses pemeliharaan 41 waduk di 35 kabupaten/kota. Pemeliharaan ini untuk menjaga agar aliran air ke lokasi pertanian tetap berfungsi dengan baik sekaligus memperkuat daya tampung waduk tetap terjaga.
"Kami paling tidak sudah memelihara 41 waduk atau setara 1,8 miliar meter per kubik. Biar daya tampung air terjaga. Kita juga pantau aliran air di 135 sungai menurun drastis," ucapnya.
Eko mengungkapkan, proses pemeliharaan waduk dikerjakan dengan membersihkan sampah-sampah dahan pohon yang menyumbat saluran air. Kemudian pihaknya juga menambal dinding waduk yang retak pada beberapa bagian.
"Proses pemeliharaan selama ini kita lakukan secara rutin, karena penduduk di beberapa area yang langganan kekeringan saat ini membutuhkan pasokan air bersih, baik untuk pengairan sawahnya maupun untuk kebutuhan rumah tangganya," katanya.
Ia mengimbau masyarakat untuk lebih disiplin menggunakan air bersih, dan memakai air secukupnya saja sembari menyimpan cadangan air di dalam bak tandon. "Karena perilaku warga dari tahun ke tahun terlalu boros menggunakan air, ketika kemarau datang, mereka kehabisan cadangan air. Perilaku ini yang harus diubah mulai sekarang," ujarnya.