Jakarta, Gatra.com - Gempa berkekuatan 6,0 Skala Richter di Mamberamo Tengah pada pukul 10.05 WIT dan di Laut Banda Maluku Baratdaya berkekuatan 7,7 Skala Richter pada 11.53 WIT, Senin (24/6) dirasakan getarannya hingga Darwin Australia.
Berdasarkan keterangan Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono mengungkapkan, informasi dari di Darwin Australia, menyebut masyarakat merasakan cukup keras getaran akibat gempa tersebut.
"Di Darwin, it shakes like 20 seconds but felt like forever. Gedungku 3 lantai. Aku berlindung di kolong meja tapi grogi juga, it shakes like forever," kata Jonathan Lassa, rekan Daryono, melalui pesan singkat pada Senin (24/6) waktu setempat.
Daryono menyebut titik gempa berlokasi di laut pada jarak 289 km arah barat laut Kota Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Propinsi Maluku pada kedalaman 220 km.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi menengah, akibat aktivitas deformasi pada slab Subduksi Laut Banda. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi di wilayah Laut Banda ini, dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan geser," papar Daryono.
Berdasarkan Katalog gempa BMKG, Daryono menyebut di zona tersebut sudah terjadi beberapa kali gempa kuat dan yang diantaranya berpotensi memicu tsunami. Kendati gempa kali ini tidak berpotensi Tsunami.
"Guncangan gempabumi ini dilaporkan dirasakan di daerah Saumlaki, Tual, Subawa, Sorong, Dobo, Alor, Fak-Fak dan Kupang, Manokwari, Bima, Dompu, Banda, Waingapu, Ambon, Bula, Nabire, Merauke, Denpasar, dan Puncak Jaya. Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi tidak berpotensi tsunami," ungkap Daryono.
Daryono menghimbau agar masyarakat tetap waspada mengingat zona Subduksi Banda tempat Gempar berlokasi sangat rawan gempa di Indonesia Timur.
"Sejarah gempa kuat pernah terjadi seperti gempa Banda pada tahun 1918 berkekuatan 8.1 SR, 1938 dengan magnitudo 8.4 SR, 1950 tercatat 7.6 SR, 1950 8,1 dan 1963 dengan kekuatan 8.2 SR," ungkap Daryono.