Banyumas, Gatra.com - Fungsi foto tak lagi sekadar menjadi pengabadi momentum, sejarah atau dokumentasi. Komunitas fotografer "Kelompok Logawa" asal Banyumas, Jawa Tengah, berupaya membuktikan sejumlah karya foto dapat menceritakan perjalanan kehidupan lingkungan sekitar ataupun orang terdekat.
Foto-foto karya mereka terpajang pada pameran bertajuk "Saujana" yang digarap bersama Komunitas Fotografi Banyumas (KFB) dan Komunitas Purwokerto Semedulur. Pameran berlangsung di Kedai Kopi Kebon, Purwokerto Utara mulai Sabtu (22/6) hingga dua pekan mendatang.
Ketua Kelompok Logawa, Dian Aprilianingrum, mengatakan, pameran itu memajang 6 foto cerita yang syarat informasi, kritis, dan tentunya membuncah rasa penasaran. Tidak hanya indah dipandang, foto-foto cerita juga memberikan pengetahuan dan sudut pandang fotografer terhadap tema yang diangkat.
"Ada beberapa tema, seperti sampah, tentang perantau sampai sosok orang tua," ujarnya kepada Gatra.com, Minggu (23/6).
Dian sendiri memajang foto cerita bertajuk "Memilih Berkah, Mencari Jodoh Sesuai Syariah". Lewat sembilan lembar foto, Dian mengangkat kisah Syahidah, warga Tasik yang memilih menjalani proses taaruf (ikhtiar saling mengenal) agar dapat menikah tanpa pacaran.
Ia mengaku, pengerjaan foto cerita itu membutuhkan waktu kurang lebih satu bulan. Sebab, dia harus menggali lebih dalam situasi batin Syahidah dan segala informasi tentang proses taaruf.
Di sudut lain, terpajang foto cerita bertajuk "Elegi Sampah" karya Tofik Cahyanto. Dia menampilkan persoalan sampah di Kabupaten Banyumas dalam beberapa foto. Mulai dari sampah campur aduk menumpuk di lahan bekas tempat pembuang akhir (TPA), sampah berkebalikan lanskap langit biru yang bersih dengan latar jauh menampakkan hijau bukit.
Foto lain, "Perjuangan Bahasa Para Perantau" karya Karel Satria menyajikan foto potret tentang para perantau dari berbagai daerah, di antaranya Papua dan Sulawesi Tenggara yang mencari penghidupan dan menuntut ilmu di Kabupaten Banyumas.
Foto potret lantas disandingkan dengan foto tulisan para perantau dalam bahasa Banyumas untuk menandakan tingkat penyesuaian diri mereka selama tinggal di Banyumas.
Penanggung Jawab Pameran Saujana, Riza Saputra, mengatakan, lima karya foto cerita merupakan hasil dari Logawa Photo Workshop III dan IV tahun 2018 dan 2019. Akan tetapi, khusus foto cerita "Memilih Berkah, Mencari Jodoh Sesuai Syariah" hasil dari pelatihan Permata Photojournalist Grant (PPG) 2016 yang diikuti oleh Dian Aprilianingrum yang juga fotografer sebuah media cetak.
"Tema Saujana ini bertitik tekan bahwa proses pembuatan foto cerita bisa diangkat dari sekitar kehidupan atau ruang tinggal terdekat. Seperti foto karya Anggalina Fajar yang berjudul "Bapak" mengangkat keseharian hidup seorang bapak dari sudut pandang seorang anak. Foto-fotonya terasa menyentuh apalagi disajikan hitam putih," ujarnya.
Riza menambahkan, pameran foto ini memang bertitik tekan pada foto cerita yang mengetengahkan suatu isu dan subjek cerita lebih dalam dan memvisualkan interaksi, detail, konflik dan emosi dalam rangkaian sejumah foto.
Selain pameran, kegiatan juga diisi diskusi fotografi yang mengangkat proses kreatif pewarta foto perempuan, Regina Safri. Fotografer ini baru meluncurkan buku foto bertajuk Before Late berbagi pengalaman soal fotografi satwa dan lingkungan. Regina menuturkan pengalamannya memotret gajah dan orang utan yang menjadi korban perburuhan dan hidup nahas di sejumlah hutan di Indonesia yang mengalami kerusakan.