London, Gatra.com - Para pegiat anti Brexit semakin vokal menunjukkan eksistensinya, kebanyakan mereka memanfaatkan platform media sosial untuk menyampaikan pesan palsu (hoaks) yang mendukung misi mereka.
Pada bulan Agustus 2018, otoritas Spanyol mengungkap narasi plot dari para pegiat anti Brexit untuk membunuh Brexiteer terkemuka yang menjadi kandidat perdana menteri Inggris berikutnya, Boris Johnson.
Kisah dalam plot tersebut dan yang lainnya diketahui tersebar lewat jaringan akun media sosial yang beroperasi di Rusia. Sebuah penelitian yang ditemukan oleh Lab Penelitian Forensik Digital Atlantic Council (DFR Lab) mengungkap narasi palsu itu disebarkan di 30 platform online yang berbeda.
Reuters melaporkan hari ini (23/6), pelaku anti Brexit ini memosting akun setidaknya enam bahasa di platform berbeda termasuk Facebook dan Twitter, serta beberapa situs blog dan situs forum online lainnya.
Tujuannya adalah untuk "memecah-belah, mendiskreditkan, dan mengalihkan perhatian" negara-negara Barat dengan menanam informasi palsu tentang topik-topik tertentu, mulai dari dugaan campur tangan Inggris dalam pemilihan jangka menengah AS 2018, hingga keterlibatan militer Irlandia dalam meracuni mantan mata-mata Rusia di Inggris tahun lalu.
Jaringan itu dilacak dengan mengikuti koneksi ke-16 akun yang ditangguhkan bulan Mei lalu oleh Facebook, yang mengatakan mereka "bagian dari jaringan kecil Rusia."
Dugaan rencana untuk membunuh Boris Johnson dimulai pada 8 Agustus tahun lalu ketika sebuah akun palsu di Facebook memposting sebuah surat yang kabarnya dikirim oleh Menteri Luar Negeri Spanyol Josep Borrell ke sesama anggota parlemen.
Menariknya, surat yang ditulis dalam bahasa Spanyol informal itu keliru mengeja nama Borrell, isi surat itu mengatakan menteri telah diberitahu tentang "kemungkinan serangan terhadap Boris Johnson oleh lawan radikal Brexit yang ingin menghentikan pencalonannya sebagai perdana menteri" dan akan memperingatkan pemerintah Inggris.
DFR Lab mengatakan narasi itu berasal dari Rusia. "Skala operasi, tradecraft-nya, dan kerahasiaan, menunjukkan narasi itu dibuat oleh organisasi yang canggih, dan mungkin seperti agen intelijen," kata DFR Lab dalam laporannya.
Para pejabat Barat telah memperingatkan negara-negara seperti Rusia, serta kelompok-kelompok politik dalam negeri yang kerap menyebarkan informasi palsu atau menyesatkan secara online untuk mengganggu politik dan opini publik.
Baru-baru ini Moskow telah berulang kali membantah tuduhan itu, setelah Uni Eropa mengatakan memiliki bukti "aktivitas disinformasi berkelanjutan oleh sumber-sumber Rusia yang bertujuan untuk menekan jumlah pemilih dan mempengaruhi preferensi pemilih" dalam pemilihan Parlemen Eropa di bulan Mei.