Mataram, Gatra.com- United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) telah meresmikan Teluk Saleh, Pulau Moyo dan Gunung Tabora (Samota) menjadi jaringan cagar biosfer dunia. Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Siti Rohmi Djalilah berharap, hal ini mendorong program pembangunan berkelanjutan.
"Kita memiliki tugas besar untuk menjaga, mengelola dan mengembangkan cagar biosfer ini agar predikat yang telah kita terima di pertemuan ini tidak hanya di atas kertas," katanya, di Mataram, Sabtu (22/6).
Menurut kakak kandung Tuan Guru Bajang (TGB), upaya pascapenetapan Samota sebagai cagar biosfer membutuhkan dukungan banyak pihak. Mulai dari masyarakat di kawasan tersebut, para pengambil kebijakan, pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota di NTB, serta beberapa pihak lainnya.
Rohmi mengatakan, jangan sampai terdapat pembangunan yang merusak lingkungan. Konsep pembangunan berwawasan lingkungan perlu diterapkan.
“Upaya untuk menjaga pembangunan tetap berada dalam koridor berwawasan lingkungan. Inilah yang nantinya perlu diupayakan bersama. Sebab, tanpa dukungan berbagai pihak, khususnya yang tinggal dan beraktivitas di kawasan cagar biosfer ini, pembangunan tidak akan berjalan dengan baik,” ujarnya.
Menurutnya, Cagar Biosfer Samota dapat menjadi konservasi sumber daya alam dan pembangunan kesejahteraan sosial dan ekonomi. Tentunya apabila pengelolaannya mengacu pada prinsip pembangunan berkelanjutan.
Seperti diketahui, kawasan Samota diresmikan sebagai kawasan Cagar Biosfer dunia pada pertemuan The 31st session of the Man and the Biosphere (MAB) di Prancis, Kamis (20/6) lalu. Penetapan ini menghadirkan babak baru pembangunan daerah di NTB. Sebab, usai pertemuan tersebut, NTB kini memiliki dua cagar biosfer, yakni Gunung Rinjani di Pulau Lombok dan kawasan Samota di Pulau Sumbawa.