Jakarta, Gatra.com - Neraca perdagangan Indonesia mengalami perbaikan signifikan. Salah satu pendorongnya adanya peningkatan kinerja ekspor pertanian ke beberapa negara Asia dan Eropa. Produk komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan adalah salah satu oendongkrak ekspor tersebut.
Menurut Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian Kuntoro Boga Andri, berdasarkan data sampai bulan Maret 2019, ekspor pertanian Indonesia ke Malaysia mencapai 513,917 ton, senilai 287 juta dollar AS. "Sementara, Impor pertankan kita dari Malaysia sampai Maret 2019 hanya 33,476 ton, atau senilai 44 juta juta dollar AS" jelasnya.
Selain Malaysia, kata Kuntoro, trend yang sangat positif dan surplus ini juga dialami dalam kerjasama dagang dengan negara-negara lain di Asia seperti China, Jepang, Korea dan Filipina.
Ada pun khusus untuk pasar Cina, nilai pasarnya masih potensial, terutama bagi produk pertanian Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari neraca perdagangan pertanian Indonesia-Cina pada tahun 2018 yang mengalami surplus sebesar US$2,265 miliar.
"Nilai ekspor pertanian Indonesia ke Cina pada tahun 2018 mencapai US$ 4,025 miliar, atau meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan transaksi sebelumnya yang hanya US$2,058 miliar," katanya.
Kuntoro mengatakan, ada lima produk pertanian yang menjadi andalan ekspor ke berbagai negara di Asia dan Eropa. Kelimanya masing-masing adalah kelapa sawit, karet, kelapa, produk hewan, dan kakao.
"Untuk kelapa sawit masih menjadi andalan kita karena nilainya yang cukup besar. Saat ini kita mencatat sudah sebanyak US$3,935 juta ton kelapa sawit diekspor ke Cina dengan nilai transaksi mencapai US$2,69 miliar," katanya.
Sebenarnya, lanjut Kuntoro, Indonesia masih memiliki potensi ekspor produk pertanian ke Cina. Walaupun, sejumlah komoditas hortikultura dan perkebunan mengalami hambatan akses bea masuk yang masih tinggi.
Di samping adanya standar sanitary and phytosanitary (SPS) yang sulit dipenuhi oleh petani Indonesia. "Surplusnya neraca perdagangan kita dengan Cina membuktikan bahwa perdagangan kita masih unggul dibanding mereka. Jadi tidak benar kalau ada yang menyebutkan bahwa produk pertanian RRT membanjiri pasar kita. Justru sebaliknya, produk pertanian kita yang membanjiri pasar mereka," katanya.
Selain Pasar Asia, neraca perdagangan Indonesia untuk Eropa juga mengalami status positif alias meningkat signifikan. Ini terlihat jelas pada data yang dihimpun Pusdatin Kementan, dimana lalu lintas ekspor produk pertanian ke Belanda selama empat tahun terakhir mencapau 1,84 persen dengan rata-rata ekspor sebesar 3,13 juta ton per tahun.
Begitu juga dengan periode berikutnya, Indonesia mengalami surplus pada level perdagangan produk pertanian ke Belanda dengan angka rata-rata 3,07 juta pertahun atau meningkat 1,68 persen pertahun.
Kepala Pusat Data Sistem Informasi Kementerian Pertanian, Ketut Kariyasa, Kamis (20/6) mengatakan bahwa sejak tahun 2014, Indonesia sudah mengalami surplus perdagangan produk pertanian yang berada pada level tinggi, utamanya dengan Spanyol, Belgia, Swedia, Denmark, dan Yunani.
"Indonesia juga tercatat mengalami surplus perdagangan produk pertanian dengan Italia yang mencapai rata-rata 1,18 juta ton pertahun. Kemudian dengan Filandia 22,1 ribu ton pertahun, Irlandia 16,5 ribu ton pertahun, Perancis 9,5 ribu ton pertahun dan Luxemborug 4,1 ribu ton pertahun," ujarnya.