Samosir, Gatra.com – Suara gelombang air danau terdengar nyaring, diiringin hembusan angin yang begitu sejuk. Semua terlihat indah, saat menatap hamparan pasir putih bersih. Suasana alam permai, dilengkapi pepohonan yang berdiri tegak. Memberikan kesejukan yang sempurna. Tempat pengunjung bermain dan menikmati alam dengan sukacita.
Sejumlah pengunjung tidak akan berhenti dengan tatapan. Namun akan mengabadikan keindahan yang ada di Pantai Batu Hoda. Tempat untuk berswafoto tidak akan dilewatkan begitu saja. Terlebih bagi para pengunjung milenial yang ingin menunjukkan keistimewaan di media sosial. Dalam setiap jepretan, pasti menyiratkan keindahan ciptaan Tuhan di Tanah Batak.
Baca Juga: Samosir Diprioritaskan untuk Pariwisata
Perpaduan alam, dan penataan yang baik membuat pengunjung kagum dengan Pantai Batu Hoda. Pantai di tepian Danau Toba yang terletak di Dusun Malau, Desa Cinta Dame, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara (Sumut). Pantai ini merupakan salah satu destinasi di Pulau Samosir. Tempat yang mudah dijangkau dari Pelabuhan Simanindo. Salah satu pintu masuk ke pulau di tengah danau vulkanik tersebut.
Batu Hoda merupakan objek wisata yang banyak di kunjungi wisatawan. Selain karena panorama yang indah, pelayanan yang baik juga menjadi alasan pengunjung untuk datang. Keamanan dan kenyamanan pengunjung untuk menikmati alam dapat dirasakan di tempat ini. Tempat yang ramah terhadap anak dan semua golongan.
Namun selain beragaman keindahan tersebut, Batu Hoda ternyata memiliki cerita yang menarik. Mitos yang ada di titik paling utara Pulau Samosir ini menempatkan Batu Hoda sebagai simbol dari kesetian. Tentang cinta dan penantian yang abadi bersama waktu serta menyatu dengan alam.
Baca Juga: Samosir Butuh Bantuan untuk Pengembangan Pariwisata
Kisah tersebut tentang seekor kuda betina yang dikisahkan datang menyeberang danau. Kuda tersebut berdiri di atas daratan dan menanti kuda jantan yang menjadi pasangannya. Kuda tersebut berdiri tegak, dengan keyakinan akan bertemu dengan kuda jantan yang di nantinya. Namun hingga waktu begitu lama, kuda jantan tidak kunjung datang.
Warga yang melihat berusaha berkomunikasi dengan kuda tersebut. Kemudian meminta kuda itu untuk kembali ke alamnya. Namun, kuda betina itu menolak dan mengisyarakat akan tetap menunggu. Bahkan lewat isyarat itu, kuda tersebut berkata akan tetap menunggu sekalipun membantu di tempat tersebut. Hingga satu masa, pada penantian tak berujung, kuda tersebut membantu di bibir pantai.
Mitos tersebut diyakini warga sampai saat ini. Bahkan menjadi cerita menarik dan dijadikan pelengkap informasi kepada pengunjung. Mitos ini juga yang menjadi alasan sejumlah wisatawan milenial untuk datang. Mengabadikan kebersamaan di atas Batu Hoda serta mengikat janji di Batu Hoda.
Baca Juga: Samosir Dijadikan Pilot Project Wisata Berbasis Lingkungan
Pengelola Pantai Batu Hoda, Ombang Siboro mengatakan bahwa mitologi tersebut menjadi salah satu daya tarik. Pihaknya mengemas mitologi tersebut dalam pelayanan dan pengembangan kawasan. Pengembangan Batu Hoda dilakukan dengan konsep bersahabat dengan alam. Tidak melakukan penebangan satu pohon pun dalam melakukan penataan. Selain itu, penataan juga dilakukan dengan memadukan alam dan budaya. Hal itu terlihat dari pepohonan yang dililiti dengan kain berwarna putih, merah dan hitam. Warna yang khas bagi masyarakat batak.
“Penerimaan kepada pengunjung juga berbasis pada mitologi tentang janji dan kesetian. Serta kita mengembangkannya untuk menjadi pantai rujukan di Danau Toba. Pantai ini juga menjadi salah satu destinasi geosite Geopark Kaldera Toba,” katanya.
Baca Juga: Uang Beredar di Danau Toba Mencapai Rp 62 Miliar
Objek wisata Batu Hoda digagas untuk memberikan salah satu destinasi yang ramah terhadap semua kalangan. Khususnya anak – anak dan keluarga. “Karena kita menyadari saat ini alasan untuk liburan keluarga adalah anak. Maka kita membuat Batu Hoda menjadi pantai ramah anak dan nyaman untuk keluarga,” katanya.
Ombang memaparkan bahwa pengembangan Pantai Batu Hoda juga didasari harapan agar berkontribusi untuk pembangunan pariwisata di Danau Toba. Terlebih untuk kesejahteraan masyarakat.
Reporter: Baringin Lumban Gaol