Jakarta, Gatra.com - Memasuki usia ke 492 tahun Provinsi DKI Jakarta dalam waktu dekat, Pakar Agraria Noer Fauzi Rachman berharap kampung tetap eksis dan tidak lagi digusur seperti sebelumnya.
"Yang terpenting jelang HUT Jakarta adalah pemerintah bisa menjaga dan memperhatikan kampung,” kata Fauzi yang juga merupakan anggota Gugus Tugas Reforma Agraria Pemprov DKI, saat ditemui wartawan di kawasan Pancoran, Kamis (20/6).
Fauzi mengungkapkan, Warga Jakarta yang sudah lahir dan tumbuh di kampung seperti Tenabang, Condet, penjaringan Cimanggis, itu punya sejarah panjang di kampung kota ini.
“Tidak boleh wilayah ini diambil alih dan kemudian dikonversi diubah kepemilikan dan tataguna-nya, apalagi digusur, agar terjamin untuk generasi mendatang," katanya.
Sebagai pihak yang terlibat aktif dalam urusan agraria di DKI Jakarta, Fauzi menegaskan bahwa penggunaan kekerasan untuk menggusur tidak akan dilanjutkan.
Tak hanya menjaga kampung yang telah memiliki akar sejarah panjang, Fauzi berharap agar Jakarta bisa menjadi kota yang ramah bagi pendatang, terlebih yang telah tercatat secara kependudukan sebagai warga DKI Jakarta.
"Pendatang yang mengisi pinggir kota yang marginal, mereka kan punya hak sebagai warga negara, artinya punya hak atas tanah. Tugas Pemda memastikan status hukum tanah untuk mereka agar punya hak pemukiman. Meski mereka orang yang disebut miskin, kumuh tetapi mereka juga warga kota ini," kata Fauzi.
Lebih lanjut Fauzi mengatakan perlu dicari dimana lokasi yang baik bagi pendatang bisa bermukim secara permanen, dengan melibatkan mereka dalam penentuan kebijakan.
"Harus ada cara baru untuk sediakan permukiman, penataannya mereka diorganisir sampai tingkat tertentu agar mereka memiliki hak posisi dan penentu di tempatnya itu," kata Fauzi.
Fauzi juga menegaskan kepada para arsitek dan semua pihak yang terlibat dalam tata ruang Ibukota agar tidak mengabaikan lagi kampung dalam penataan Ibukota. Sebagaimana tema Wajah Baru Jakarta dalam peringatan HUT kali ini, penataan yang hanya mengutamakan aspek bisnis harus diubah.
"Kritik utama terhadap kaum perencana kota, hari ini yang membesar ruang perkantoran, ruang bisnis dan pemukiman apartemen. Ratusan desain dibuat tanpa kehadiran kampung. Ada banyak maket tanpa kampung, itu pekerjaan ahli yang dihasilkan lulusan kampus dalam dan luar negeri. Rakyat tidak masuk di pikiran para ahli yang dihasilkan pendidikan tinggi ini," kata Fauzi.