Jakarta, Gatra.com - Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan turut berkomentar tentang isu radikalisme yang menerpa lembaga antirasuah.
Menurut Novel, dirinya ikhlas disebut radikal jika persepsinya bekerja untuk menangkap koruptor dan tidak kompromi dengan tindakan korupsi. Menurutnya ada persepsi yang salah kalau ada yang menyatakan bahwa tindakan anti korupsi itu disebut radikal.
"Kalau persepsinya adalah ternyata menangkap koruptor dan tidak kompromi dengan koruptor, saya ikhlas disebut radikal," ungkap Novel Baswedan usai menjalani pemeriksaan atas kasus teror air keras di Gedung KPK, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Kamis (20/6).
Ia turut mempertanyakan kenapa ada pihak yang mempersoalkan penampilannya terutama dengan jenggot dan 'celana cingkrang'. Menurutnya orang yang mempermasalahkan tersebut adalah orang yang kurang berwawasan.
"Justru ketika seseorang mempunyai jenggot seperti saya kadang menggunakan celana yang sedikit sesuai dengan sunnah rasul, terus dipermasalahkan?" kata Novel tak habis pikir.
Terpapar isu radikal, Novel mengaku tidak mau ambil pusing. Ia lebih memilih bekerja dengan baik dan menjaga marwah konstitusi.
"Saya bukan sedang menjadi caleg atau apapun yang perlu pencitraan. Jadi enggak penting buat saya," ucapnya.
Isu radikalimse tersebut menggelinding setelah adanya komentar Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane. Ia mengatakan bahwa dalam internal di KPK terdapat perselisihan antara Polisi Taliban dan Polisi India.