Jakarta, Gatra.com - Penggunaan sistem teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dianggap bisa menjadi solusi energi alternatif dari energi fosil yang saat ini masih diandalkan oleh beberapa negara di dunia termasuk Indonesia. Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) sebagai salah satu pendorong penggunaan energi surya mengaku melakukan pendekatan kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN).
"Kami mendorong PLN bisa membuka peluang bisnis ini. Pun PLN kalau tidak mau untuk terjun ke bisnis ini, pengurangan pangsa pasarnya pun sangat kecil," ucap Ketua Umum AESI dan Deklarator Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap (GNSSA), Andhika Prastawa saat ditanya mengenai bagaimana pendekatan pihaknya pada PLN oleh wartawan di Tokopedia Tower, Karet Semanggi, Jakarta Selatan, Kamis (20/9).
Andhika menyebutkan pihaknya sangat ingin Indonesia bisa beralih mengandalkan jenis listrik photo-voltic (energi dari sinar matahari). Ia juga menyebut seharusnya tidak hanya PLN, tetapi pemerintah pun bisa mendorong, karena ini menyangkut masa depan energi di Indonesia.
"Turunan dari penggunaan photo-voltic ini banyak. Dari hal ini, perusahaan-perusahaan baru bisa banyak yang tumbuh, khususnya yang membuat modul-modul panel surya. Ini kan artinya bisa membuat lapangan kerja baru, yang bisa jadi pendapatan Pemerintah baru juga dengan adanya PPn, PPh dan sebagainya," tambah Andhika.
Andhika juga mengatakan bahwa mungkin jika sektor baru ini didorong, kerugian negara yang disebabkan karena penjualan PLN berkurang penjualannya bisa ditutup oleh pemasukan negara dengan adanya perputaran ekonomi dari industri energi surya ini.
"Tidak sekedar berhenti disitu. Karena tumbuh industri nasional di sektor ini, kemudian dapat menjadikannya relatif murah di dalam negeri," ujarnya.
Hal ini menurut Andhika dapat mendorong untuk distribusi pelistrikan di desa-desa secara signifikan. Dengan adanya energi surya, listrik di desa jadi lebih murah dan terjamin karena tidak perlu impor lagi, gak perlu konsultasi ke pabrik listrik di luar negeri, katanya.