Home Gaya Hidup Skenario Gagal Men in Black: International

Skenario Gagal Men in Black: International

Jakarta, Gatra.com - Installment keempat dari seri Men in Black (MIB), kini hadir. Berbeda dengan tiga film sebelumnya, yang bintang utamanya adalah Will Smith (Agent J) dan Tommy Lee Jones (Agent K). Kali ini, duet AvengersThor, Chris Hemsworth (Agent H) dan Tessa Thompson (Agent M) mendapat giliran untuk menyelamatkan bumi dari serangan makhluk luar angkasa dalam Men in Black: International.

Diceritakan Molly cilik, jauh sebelum menjadi Agent M, tak sengaja bertemu dengan salah satu makhluk luar angkasa. Pertemuan itu membuatnya terobsesi dengan segala sesuatu yang non terestrial. Karena Molly menduga bahwa pihak FBI yang punya akses ke semesta lain, maka ia berupaya masuk agensi tersebut, sembari mengajukan diri agar dimasukkan ke tim yang berurusan dengan alien. Tapi ia hanya menemui jalan buntu.

Kejadian tak sengaja lainnya, mempertemukan dia dengan sekelompok pria mengenakan setelan tuksedo hitam tengah berbincang dengan alien. Molly lantas membuntuti mereka dan sukses masuk ke markasa Men in Black (MIB) di New York. Kegigihannya menghadapi tekanan Agent O (Emma Thompson), pimpinan MIB Cabang NY, membuatnya diterima mengikuti pelatihan MIB. Singkat cerita, ia lulus, diberi nama baru yakni “Agent M”, dan dikirim uji coba lapangan ke MIB Cabang London.

MIB London, yang dipimpin Agent High T (Liam Neeson), sedang dihadapkan dengan kehadiran Vungus (Kayvan Novak) dari Planet Jabaiba yang konon ingin menghancurkan planet bumi. Di tengah perdebatan antara agen senior, Agent C (Rafe Spall) dan Agent H (Chris Hemsworth), Agent M dipercaya ikut serta dalam misi penyelamatan tersebut.

Selama sekitar dua jam durasi film, kita lantas disuguhkan dengan cerita yang sangat mudah ditebak. Twist yang dipajang di ujung pun, sudah sangat klise. Belum lagi kehadiran sejumlah karakter yang tak jelas ujung pangkalnya, datang dan pergi dengan tiba-tiba. Singkat kata, skenario MIB International ini, di tangan Matt Holloway dan Art Marcum, jauh lebih buruk dibanding tiga film lain. MIB aslinya diangkat dari seri komik buatan Lowell Cunningham di bawah penerbit Malibu (yang belakangan dibeli oleh Marvel).

Ambil contoh salah satu karakter penting, Riza (Rebecca Ferguson). Dia adalah pedagang barang antargalaksi, yang nantinya berhubungan dengan barang milik Vungus yang harus diambil kembali oleh duo H dan M. Sejumlah dialog mengindikasikan ada hubungan romansa antara H dan Riza di masa lalu. Tapi perlu dicatat, film ini bukan lanjutan dari tiga film sebelumnya. Sementara, cara mereka memunculkan karakter Riza seolah-olah dia sudah pernah ada di prekuel.

Karakter Pawny (Kumail Nanjiani) bisa dikatakan bintang sesungguhnya di film ini. Terbukti memang dia komedian handal. Walau tak terlihat sosoknya, tapi kemampuan dia menyuarakan Pawny kerap sukses mengundang gelak tawa. Tapi lagi-lagi, awal kemunculan dia pun tak jelas. Di salah satu adegan, Pawny sebagai bidak catur, diceritakan tengah membela ratunya. Saat ditantang oleh alien kembar berkekuatan listrik, kerajaan catur mereka runtuh. Tapi apa alasan bidak-bidak catur tersebut dimusnahkan, tak dijelaskan. Ada atau tak ada bidak catur tersebut tak mempengaruhi esensi film. Kecuali untuk menghadirkan karakter komedik semata.

Patut dicurigai, semua biaya promo yang dikeluarkan Sony Pictures, seperti mendatangkan para bintangnya ke sejumlah negara, termasuk ke Bali, hanya untuk menutupi fakta bahwa MIB International ini tak cukup bagus untuk dinikmati. MIB International terlihat hanya menjual ketampanan Hemsworth semata. Chemistry antara Hemsworth dan Thompson, malah lebih baik saat di Thor dibanding di sini. Sutradara F. Gary Gray, yang sebelumnya membuat The Fate of the Furious (2017), tak mampu mengeluarkan sisi terbaik duet itu. Bahkan aktor sekelas Neeson pun jadi terasa biasa saja.

 

2307