Tokyo, Gatra.com - Kinerja ekspor Jepang pada Mei ini tercatat menurun disebabkan terjadinya pelemahan ekspor peralatan pabrik semikonduktor dan suku cadang mobil Cina. Hal itu menunjukkan prospek pertumbuhan ekonomi Negeri Matahari Terbit terus merosot karena ketergantungan yang besar terhadap perdagangan.
Mengutip Reuters, data Kementerian Keuangan Jepang menunjukkan ekspor Jepang pada Mei ini turun 7,8% dibanding periode yang sama tahun lalu. Ekspor tercatat turun selama enam bulan beruntun.
Ekspor yang lesu menjadi sumber kekhawatiran para pembuat kebijakan Jepang, terutama karena perang tarif AS-Cina yang memanas telah membuat rantai pasokan industri dan perdagangan semakin tertekan.
"Sentimen bisnis perusahaan Jepang dan khususnya eksportir, jatuh tergantung pada tingkat ketegangan perdagangan AS-Cina dan itu akan menekan pengeluaran modal eksportir," ujar Hiroshi Miyazaki, ekonom senior dari Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.
Sementara itu ekonom Asia di Capital Economics Singapura, Darren Aw menjelaskan meskipun volume ekspor Jepang tidak mungkin sama lemahnya seperti kuartal terakhir, kemungkinan peningkatan volume impor akan menjadi hambatan pada pertumbuhan PDB kuartal II-2019.
Para analis juga memperkirakan perlambatan ekspor pada Mei kemungkinan disebabkan oleh penangguhan aktivitas pabrik karena libur 10 hari di Golden Week tahun ini yang menandai penobatan kaisar baru. Secara keseluruhan, permintaan global yang lemah membawa risiko bagi Jepang.
Dalam pertemuan Bank of Japan yang berlangsung selama dua hari hingga Kamis depan, diperkirakan Bank of Japan akan menjaga kebijakan moneternya untuk meningkatkan stimulus jika risiko luar negeri meningkat dan mengancam ekspansi ekonomi moderat.
Diketahui ekspor ke AS naik 3,3% pada Mei didorong peningkatan ekspor mobil sebesar 9,9%, sementara impor turun 1,6% yang dipicu oleh penurunan impor minyak mentah.
Akibatnya, surplus perdagangan Jepang dengan AS tumbuh 14,8% pada Mei 2019 dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi ¥ 395 miliar atau setara US$3,64 miliar. Sementara ekspor ke Cina yang merupakan mitra dagang terbesar Jepang turun sebesar 9,7%.
"Jika ekspansi ekonomi di AS dan Cina tertekan, itu akan melemahkan pertumbuhan ekonomi dunia secara keseluruhan dan itu akan mengarah pada perlambatan ekonomi global, termasuk Jepang," jelas Miyazaki.