Temanggung, Gatra.com – Kekeringan di sejumlah wilayah di Kabupaten Temanggung mulai mengancam areal persawahan. Dibutuhkan perubahan pola tanam dan pengaturan distribusi air untuk menghadapi kemarau panjang.
Nawawi, Pelaksana Data Iklim dan Bencana Alama pada Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Kabupaten Temanggung, mengatakan bahwa perubahan pola tanam dan pengaturan distribusi air dapat mencegah petani mengalami gagal panen akibat kekeringan.
“Syaratnya, pola tanam dan pengaturan irigasi ini harus dilakukan jangka panjang. Jadi, bentuknya antisipasi, bukan program dadakan yang baru dilakukan setelah terjadi kekeringan,” kata Nawawi, Rabu (19/6).
Langkah awal untuk mengantisapi gagal panen akibat kekeringan adalah menyusun pemetaan sifat musim lokal. Sehingga terjadinya peralihan musim hujan ke kemarau dapat terdeteksi sejak dini dan akurat.
Pemetaan ini bersifat spesifik hanya untuk daerah setempat karena sifat perubahan musim masing-masing daerah berbeda. Jika penyusunan data dilakukan lengkap, peralihan musim dapat diprediksi akurat hingga 10-20 tahun ke depan.
Setelah masa peralihan musim hujan ke kemarau dapat diprediksi, petani bisa menyiapkan antisipasi. Di antaranya dengan menanam padi varietas Situbagendit yang lebih tahan hidup pada musim kering.
Kemudian, melakukan pola percepatan tanam. Setelah panen, lahan langsung ditanami bibit padi baru. Tujuannya agar saat masuk musim kemarau padi sudah dipanen.
“Meski tidak bisa dilakukan di semua lahan, menyiapkan sawah tanpa olah tanah juga bisa menjadi solusi pola percepatan tanam. Jadi, sawah bisa langsung ditanami tanpa harus dibajak terlebih dahulu.”
Sistem pengairan berselang dapat dilakukan untuk menghemat konsumsi air pada areal sawah. Petak sawah hanya diairi selama beberapa hari untuk kemudian dikeringkan dan airnya dialirkan ke petak sawah lainnya.
Setelah kering selama beberapa hari, sawah kembali diisi air dan begitu seterusnya. Menurut Nawawi, padi dapat bertahan hidup 10 hari tanpa pengairan.
“Solusi jangka panjang paling efektif mengatasi gagal panen akibat kekeringan sebenarnya dengan menerapkan pengolahan sawah organik tanpa pupuk kimia. Sifat fisik tanah yang dikelola organik mampu menyerap dan menyimpan air lebih banyak. Jadi ada banyak cadangan air selama kemarau,” kata Nawawi.
Luas sawah di Kabupaten Temanggung pada November 2018 mencapai 834 hektare. Pada akhir tahun kemarin sebagian sawah-sawah tersebut terlambat tanam karena siklus musim hujan yang mundur dari waktu biasanya.
Tanam padi yang biasanya di bulan September, baru dapat dilakukan pada pertengahan November. Hal ini menyebabkan jadwal tanam padi pada tahun 2019 ikut mundur, sehingga waktu panen bertepatan dengan puncak musim kemarau.
Pada musim kemarau tahun 2018, areal sawah terdampak kekeringan di Kabupaten Temanggung terjadi di Kecamatan Kranggan, Kaloran, Kandangan, Gemawang, dan Kedu.