Home Ekonomi Balitbang Pertanian Kembangkan Alat Uji Pendeteksi Bibit Sawit Palsu

Balitbang Pertanian Kembangkan Alat Uji Pendeteksi Bibit Sawit Palsu

Bogor, Gatra.com - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) mengembangkan alat pendeteksi bibit kelapa sawit palsu. Alat ini akan membantu petani sawit memilih bibit unggulan dan terhindar dari kerugian.  

“Ada penemuan baru dari Balitbangtan. Ini akan membantu petani memilih Mana bibit sampah dan marihat (dikeluarkan Pusat Penelitian Kelapa Sawit) yang bersertifikat,” kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman di sela-sela acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian (Musrenbangtan) Nasional di IPB International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Selasa (18/6).

Selama ini petani kesulitan membedakan bibit kelapa sawit palsu dan asli. Secara fenotip (sifat tampak) bibit sulit dibedakan dan baru kelihatan setelah lima tahun kemudia, 

Peneliti Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetika Pertanian (BB Biogen), Rerenstradika Tizar Terryana mengungkapkan melalui alat ini, keaslian bibit dapat diketahui sejak berkecambah. Setelah daun diproses, keaslian daun langsung diketahui secara molekuler melalui perbedaan pita DNA (Deoxyribonucleic Acid). Oleh karena itu, pengujiannya dilakukan di laboratorium.

Prinsip kerja 'Kit Molekuler Untuk Deteksi Bibit Kelapa Sawit Palsu' tersebut adalah dengan mengekstrak sampel gerusan daun kelapa sawit menggunakan larutan lisis. Kemudian, diencerkan dan dimasukkan ke dalam PCR (Polymerase Chain Reaction) selama 115 menit. Serta dilakukan elektroforesis dan visualisasi untuk melihat pita DNA menggunakan UV Transilluminator.

“Untuk aplikasi pertama sosialisasi terlebih dahulu, ada pihak yang berminat mengembangkan teknologi kita transfer kesana,” ujarnya. Reren mengaku pihaknya sudah menyosialisasikannya ke berbagai pihak, termasuk produsen benih.

Menurutnya, petani dan masyarakat dapat mengirimkan sampelnya ke laboratorium yang dikelola BB Biogen melalui mekanisme PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak).

“Saat ini penyuluh belum bisa (melakukan pengujian). Sampel harus bisa masuk ke laboratorium. Penyuluh mensosialisasikan kepada masyarakat dan mengetahui produsen benih,” tuturnya.

Reren menambahkan pengujian ini bisa dilakukan di semua laboratorium yang memiliki peralatan sesuai. Namun, Ia mengaku pengujian hanya bisa dilakukan apabila mengikuti metode yang ditetapkan. “Ada bahan tertentu yang menjadi penentu itu bisa membedakan atau tidak,” tambahnya.

789