Semarang, Gatra.com - Sebanyak 23 daerah di Jawa Tengah (Jateng) rawan terjadi bencana banjir dan tanah longsor. Hal itu hasil penelitian terhadap kondisi lingkungan hidup di 35 kabupaten/kota di Jateng.
“Daerah rawan banjir dan longor ini erat kaitannya dengan kualitas tutup lahan atau alih fungsi lahan,” katanya Prof. Sudharto P.H. kepada Gatra.com di Semarang, Selasa (18/6).
Menurut pakar lingkungan Universitas Diponegoro (Undip) itu, tutupan lahan yang dilakukan tanpa memperhatikan keseimbangan lingkungan dapat mengakibatkan banjir dan tanah longsor bila turun hujan dengan intensitas tinggi. Sebab, tidak ada pohon-pohon menampung air.
Daerah rawan banjir itu antara lain Kabupaten Cilacap, Kebumen, Purworejo, Brebes, Rembang, Kudus, Pati, Demak, dan Solo. Sedangkan daerah rawan bencana tanah longsor, antara lain Kabupaten Banjarnegara, Wonosobo, Karanganyar, Kebumen, Cilacap, Pekalongan, Brebes, dan Pemalang.
Guna mencegah banjir dan tanah longsor, Sudharto menyarankan pemerintah daerah untuk meningkatkan daya dukung lingkungan di hulu dengan pengijauan. “Pemerintah daerah setempat juga melakukan evaluasi kebijakan tata ruang dengan mengendalikan tutup lahan,” ujarnya.
Menurut Sekretaris Program Studi Ilmu Lingkungan Sekola Pascasarjana Undip Dr. Sudarno, Eng mengatakan, bencana banjir juga menyebabkan menurunnya kualitas air. “Di sejumlah daerah telah terjadi penurunan kualitas air akibat limbah dari industri dan rumah tangga,” ujar dia.
Menurut Sudarno, penurunan juga terjadi terhadap kualitas udara sehingga rawan terjadi kebakaran pada saat musim kemarau. “Menjadi tugas kita bersama untuk meningkatkan kualitas air dan udara menjadi lebih baik untuk mengecah terjadinya bencana,” kata dia.