Banyumas, Gatra.com - Kebanyakan orang pasti mengenal mendoan khas Banyumas. Tetapi mendoan yang satu ini bukanlah makanan, melainkan sebuah aplikasi berbasis telepon pintar yang didesain oleh mahasiswa Institut Teknologi Telkom Purwokerto (ITTP).
Pengembang permainan ini, Dzulfaqqor Amin, menuturkan, nama aplikasi tersebut merupakan singkatan dari "Menghafal Doa Harian". Permainan ini dibuat berdasarkan keresahan atas makin maraknya penggunaan gawai (gadget)di kalangan anak-anak. Parahnya, bocah-bocah itu kurang mendapat pendampingan dan pengetahuan tentang penggunaan telepon pintar dengan bijak.
"Anak-anak itu sangat suka sekali dengan permainan atau menonton video di layar gadget-nya. Tapi, aplikasi yang disediakan provider lebih dominan permainan yang mengandung kekerasan," kata mahasiswa program studi S-1 Teknik Informatika ITTP ini, Senin (17/6).
Dia menjelaskan, "Mendoan" termasuk permainan edukatif. Game ini dibuat untuk mempermudah anak mempelajari agama terutama menghafal doa dan Alquran.
Pembuatan aplikasi ini menggunakan metode game development life-cycle (GDLC) yang terdiri dari tahapan inisiasi, pra-produksi, produksi, pengujian, beta, dan rilis dalam pengembangan juga diterapkan prinsip-prinsip reinforcement positive. Untuk tahapan ini pembuat games harus melalui proses analisis fungsi untuk menentukan target, perilaku pengguna metode, pra-produksi dan pembangunan purwarupa aplikasi yang mampu mengintegrasi antara aset yang telah dibuat dengan source code sebagai kesatuan.
"Tampilan antarmukanya juga sederhana. Setelah buka aplikasi, tampak layar dengan empat tombol, yaitu tombol "Mulai Main" untuk memulai permainan, tombol "Daftar Doa" untuk membuka daftar doa, tombol "Pengaturan" untuk mengatur volume musik dan efek suara serat tombol "Keluar" untuk keluar dari permainan," katanya.
Sebagai panduan, Amin menghadirkan karakter utama yang bernama Nissa. Tokoh ini berpetualang mencari adiknya yang hilang melawan para musuh yang dapat dikalahkan dengan menggunakan hafalan doa.
Menurut dosen ITTP, Apri Junaidi, aplikasi permainan garapan Dzulfaqqor Amin ini cukup menarik dan layak untuk bersaing dengan permainan edukasi lainnya. Selain itu, konsep permainan petualangan dengan hafalan doa ini masih jarang ditemukan. "Games ini sangat mudah dimainkan anak-anak generasi milenial," kata dia.
Dia mengatakan, generasi milenial saat ini tidak dapat lepas dari pengaruh telepon pintar. Oleh karena itu, permainan ini sangat cocok menjadi media edukasi anak usia Sekolah Dasar yang ingin belajar sambil bermain dan menambah pengetahuan dalam memecahkan teka-teki.