London, Gatra.com - Penyebaran wabah Ebola Kongo yang mematikan ke Uganda dalam beberapa hari terakhir menunjukkan masalah sosial yang sama pentingnya dengan kemajuan ilmiah dalam mengendalikan wabah penyakit ini.
Ilmuwan medis mengatakan, epidemi Ebola Afrika Barat sudah sangat mengkhawatirkan sejak tahun 2013 hingga 2016. Para ilmuwan telah bekerja untuk mengembangkan vaksin, perawatan, dan terapi berbasis antibodi yang mereka harapkan akan mencegah atau menghentikan berjangkitnya virus ini di masa depan. Termasuk vaksin Ebola yang dikembangkan oleh Merck & Co Inc yang terbukti lebih dari 95 persen efektif dalam uji klinis.
Namun wabah Ebola saat ini terus menyebar tanpa henti sejak dimulai pada Agustus 2018 di provinsi Kivu Utara, Republik Demokratik Kongo.
Melansir dari Reuters, virus ini menginfeksi lebih dari 2.000 orang dan menewaskan setidaknya 1.400 dari mereka. Dalam beberapa hari terakhir, virus ini juga menyerang Uganda, yang menjangkit orang-orang yang melintasi perbatasan Kongo.
Para ahli kesehatan masyarakat mengatakan perlunya menggarisbawahi faktor di luar obat, seperti kepercayaan pada otoritas, keterlibatan dan informasi yang akurat, dalam keberhasilan mengendalikan wabah penyakit menular ini.
"Bahkan pengujian yang sensitif, obat-obatan dan vaksin, wabah Ebola ini terus menyebar," kata seorang virolog dan profesor di Universitas Queensland di Australia, Ian Mackay.
“Intinya adalah masalah utama manusia tentang kepercayaan, kebiasaan, ketakutan. Itulah faktor yang sekarang mendukung penyebaran penyakit apa pun," tambahnya.
Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan bahwa mereka tidak percaya dengan serangan virus ini terhadap petugas kesehatan dan pasien di Kongo. Di mana hal ini menjadi faktor utama dalam kegagalan mencegah penyebaran wabah Ebola.
Direktur badan amal medis Wellcome Trust dan seorang spesialis dalam kesehatan global, Jeremy Farrar, mengatakan bahwa masalah kesehatan tidak hanya soal wabah Ebola di Kongo, tapi juga di tempat lain, seperti kolera di Yaman dan penyebaran campak di Ukraina, Amerika Serikat dan Filipina.
"Kesehatan masyarakat tidak akan dicapai tanpa dukungan dari masyarakat itu sendiri. Ilmu pengetahuan membutuhkan dukungan, maka kesehatan masyarakat benar-benar berjuang," kata Farrar.
Menurut seorang pakar virus Ebola, Daniel Bausch, faktor utamanya adalah perjalanan internasional lintas negara yang dilakukan oleh setiap orang. Selain itu penyebaran informasi juga juga memiliki pengaruh tersendiri.
Penyebaran informasi dapat membantu otoritas kesehatan masyarakat melacak penyakit dan menyebarkan pesan kepada orang-orang tentang bagaimana sosialisasi untuk menjaga diri mereka terhadap wabah ini. Akses terhadap informasi dapat membuat masyarakat menjadi lebih skeptis terhadap otoritas dan dapat menyebarkan informasi yang salah.
“Ada begitu banyak informasi yang mengalir, jadi sangat sulit untuk memilih mana yang merupakan kebenaran. Termasuk soal Ebola atau Afrika, ini masalah global," kata Bausch.
Dokter dan profesor di Leuven University di Belgia, Emmanuel André, mengatakan cara untuk melawan ketidakpercayaan adalah dengan melibatkan orang-orang yang secara langsung terkena penyakit atau yang memiliki pengalaman langsung dengan obat untuk memanfaatkan pengalaman mereka.
"Obat-obatan dan kesehatan masyarakat belum menjadi faktor penting yang seharusnya digunakan untuk mencegah penyebaran wabah ini," katanya.
"Membangun kepercayaan dengan orang-orang merupakan hal yang sangat penting," tambahnya.