Jakarta, Gatra.com – Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat mengalami kenaikan dari 95,61 pada April 2019 menjadi 96,02 pada Mei 2019. Meski demikian NTP yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tersebut masih terendah dibandingkan subsektor pertanian lainnya.
Secara definisi, nilai tukar petani adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani. Nilai NTP di bawah 100 menunjukkan kenaikan harga produksi lebih kecil dibanding biaya konsumsi, sehingga petani mengalami defisit.
Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir menganggap harga-harga petani perkebunan sedang jatuh, terutama karet dan kelapa sawit. Sementara, harga kopi dan kakao sedang membaik.
Menurutnya, jatuhnya harga menyebabkan tanaman tidak dipupuk dan dipelihara. Hal ini menyebabkan hasil panen yang didapat kurang maksimal. “Tanamannya rusak tak termanfaatkan. ngerawat-nya gimana? Mau rawat untuk apa?,” keluhnya kepada Gatra.com. Ia mengungkapkan biaya pemanenannya menjadi lebih mahal dibandingkan tidak dipanen.
Winarno menyarankan penggunaan kelapa sawit dalam negeri sebagai strategi alternatif atas terganggunya pasar di Eropa. Pihaknya mengapresiasi langkah Menteri Pertanian Amran Sulaiman dalam menginisiasi penggunaan B-100 (Biodiesel 100) yang seratus persen mengandung minyak kelapa sawit.
Ia menjelaskan harga karet alam tetap rendah selama harga minyak bumi masih rendah. Untuk mengoptimalisasi permintaan terhadap karet, Winarno menyarankan pencampuran karet alam dengan aspal yang kualitasnya lebih baik. “Meskipun biaya produksinya lebih tinggi, tetapi petani terselamatkan,” ujarnya.
Untuk diketahui, harga minyak kelapa sawit (CPO) dan karet alam masing-masing sebesar RM 2409/metrik ton (Rp. 8.280.485/metrik ton) di Bursa Malaysia dan JPY 235,6/kg (Rp. 31.068/kg) di Bursa Komoditas Jepang per 14 Juni 2019.
Harga CPO turun 2,19% dibandingkan seminggu sebelumnya, namun naik sebesar 23,10% dibandingkan bulan sebelumnya. Adapun harga karet alam naik 4,25% dibandingkan seminggu sebelumnya dan naik sebesar 17,86% dibandingkan bulan sebelumnya. Tren harga CPO dan karet alam cenderung fluktuatif setelah terpuruk akhir tahun 2018.