Home Gaya Hidup Tara Bunga, Surga Tersembunyi di Pojok Danau Toba

Tara Bunga, Surga Tersembunyi di Pojok Danau Toba

Balige, Gatra.com - Tara Bunga namanya. Sebuah desa di kecamatan Tampahan, Tobasa, Sumatera Utara (Sumut). Tara Bunga sejak dulu dikenal dengan pemandangan alamnya yang eksotis. Dari tempat ini, pengunjung bisa menikmati 360 derajat view Danau Toba. 

Mulai dari bentangan danau berikut pulau-pulau kecil di atasnya, gugus perbukitan, hutan, perkampungan rakyat, jalan berkelok, horison dan sebagainya. Semua itu dapat dilihat dari Bukit Singgolom yang berada di antara Desa Tara Bunga dengan Desa Lintong Ni Huta. 

Baca Juga: Arie Prasetyo Janji Libatkan Lebih Banyak Pengisi Acara TCWMF

Bukit Singgolom sendiri merupakan bentangan savana dengan sejumlah makam yang berdiri megah di atasnya. Kehadiran makam-makam itu ikut menyiratkan kesunyian yang mendalam. Ditambah lagi angin yang tidak henti-hentinya berhembus, menambah kesan mistis. Tidak berlebihan bila tempat ini dijuluki surga tersembunyi di Danau Toba.

Hal itupun diakui Dila, salah seorang pengunjung dari Kisaran. Dila bersama teman-temannya yang saat ditemui Gatra.com, Sabtu sore (15/6) sedang berselfie ria. Dia mengaku kagum dengan panorama yang mereka saksikan sore itu. "Cantik luar biasa. Enggak terbilang, serasa terbang kita," akunya.

Baca Juga: Pemusik Gaek Djaduk Ferianto Berharap TCWMF jadi Ikon World Music Festival di Indonesia

Sayang, semua potensi itu belum ditata dengan pendekatan wisata. Keindahan itu masih terbiarkan begitu saja. Demikian dikatakan Parasian Simangunsong salah seorang warga Desa Lumban Bul-bul, desa yang berdekatan dengan Tara Bunga. Parasian yang sudah berdomisili di Medan dan berprofesi sebagai blogger wisata ini menjelaskan, jika mau maksimal harus ada aktivitas yang rutin di Singgolom.

"Kalau hanya menyaksikan keindahan alam, paling hanya 1-2 jam. Tapi kalau dibarengi acara, mungkin bisa 1-2 malam." katanya. 

Misalnya, tambah Parasian, ada aktivitas pembuatan alat musik, tenun atau pentas musik. Kalau tidak bisa setiap hari, mungkin 1 minggu sekali. Pengunjung pun bisa bermalam di homestay masyarakat dan melebur bersama mereka. "Bila itu ada, kukira tinggal promosi saja yang dikuatkan. Tapi kalau masih seperti ini, gencar pun promosi tidak ada artinya. Pengunjung datang tapi pergi begitu saja," katanya.

 
822