Jakarta, Gatra.com - Masih banyak yang belum diketahui masyarakat mengenai dunia media. Salah satunya adalah kisah para pekerja perempuan di media.
Dengan begitu, Konde Production pun membuat film berdurasi 37 menit dengan judul 'More Than Works'. Film tersebut menceritakan mengenai tindakan diskriminasi terhadap perempuan di media.
Chief Editor Konde.co sekaligus Director Film, Luviana mengatakan bahwa dirinya terinspirasi membuat film tersebut di karenakan masih minimnya film mengenai konten yang menampilkan sosok wanita yang bekerja di media, baik media televisi, online dan juga cetak.
"Saya terinspirasi film awalnya adalah karena sedikitnya atau masih minimnya film tentang media, film tentang media itu bisa dihitung. Saya belum pernah mencatat belum ada film tentang perempuan dari media. Mungkin beberapa kali pernah dibikin. Tapi dalam 5-10 tahun ini, saya belum pernah lihat film tentang perempuan dari media," ujarnya dalam sesi diskusi di Institut Francais Indonesia, Jl. M.H. Thamrin, Jakarta, Sabtu (15/6).
Selain itu, ia juga mengungkapkan mengenai pemilihan judul film, yakni 'More Than Works' adalah untuk menggambarkan bahwa bekerja di media tidak seperti yang dibayangkan kebanyakan orang. Banyak hambatan yang harus dilalui oleh pekerja wanita di dunia hiburan.
"Jadi ada temen presenter itu selama 5 tahun hanya memakan 2 lembar roti tawar hanya biar dia keliatan tetep kurus dan tetap kerja disana, itu kan prihatin banget dan dia juga harus olahraga juga," tutur dia.
Film ini menampilkan kisah-kisah tentang perempuan pekerja media, salah satunya Dhiar yang pernah menjadi reporter televisi dan mengalami pelecehan seksual.
"Dhiar itu sangat pingin, itu cita-citanya sejak kecil, salah satu cita-citanyanya, tapi ketika bekerja di media, ternyata itu more than work, bekerja dan dilecehkan, atau Barbie Kumalasari harus bekerja tapi harus menguruskan badan hingga berapa miliar rupiah," tambah dia.
Salah satu narasumber yang hadir, yakni seorang aktivis transgender bernama Khanza Vina pun mengungkapkan tindak diskriminasi terhadap transgender perempuan di media. Ia menyebutkan bahwa para transgender sama sekali tidak mendapatkan tempat di media.
"Kita bisa lihat bagaimana media atau stasiun televisi itu membanned teman-teman transgender perempuan, misalkan temen yang mau nonton konser di (stasiun) televisi yang jauh-jauh dari kampung itu telpon aku, dia bilang 'aku diusir sama security karena penampilanku', atau enggak, mereka dateng gerombolan tapi duduknya diatur, nggak boleh gerombolan nanti ketahuan (tertangkap kamera), itu ngga boleh," ujar dia.
Pembaca yang penasaran mengenai lika-liku pekerja wanita di media pun dapat mengirim e-mail ke [email protected] untuk mendapatkan dan menonton film 'More Than Works'.