Jakarta, Gatra.com - Panasnya hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok semakin ramai dibincangkan di dunia, termasuk di Indonesia dan itu bisa menjadi peluang bagi posisi dagang bagi Indonesia.
"Ada travel advisory di Tiongkok yang mulai memberi anjuran bagi turis Tiongkok untuk tidak berkunjung ke AS, ini tentu membuka peluang bagi kita," kata Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok, Djauhari Oratmangun dalam pemaparan di ruang Komisi I DPR, Gedung Nusantara II, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (13/6).
Djauhari menyebutkan travel advisory atau anjuran bepergian tersebut bisa menjadi peluang bagi Indonesia, karena mayoritas turis Tiongkok yang ke AS adalah dari golongan masyarakat menengah ke atas.
“Kita berpeluang untuk bisa menarik perhatian turis-turis tersebut,” katanya.
Selain dari turisme, Djauhari menjelaskan bahwa di Tiongkok sekarang terjadi trend peralihan konsumsi kopi kafe yang tadinya berasal dari kafe asal AS seperti Starbucks, ke kafe-kafe lokal.
Kafe-kafe lokal ini menurut Djauhari menggunakan bahan-bahan dasar seperti susu dan kopi dari Indonesia.
“Ini adalah peluang yang perlu dimanfaatkan dengan baik,” katanya.
Selain itu, lanjut Djauhari, Indonesia juga bisa memfokuskan ekspor-ekspor bahan dasar ke Tiongkok yang menjanjikan, contohnya sarang burung walet yang sudah dikuasai 80% pasarnya di Tiongkok.
Djauhari juga menyebutkan dengan adanya hambatan ekonomi dengan AS, saat ini banyak investor Tiongkok yang sedang mengalihkan pandangannya untuk beralih investasi ke wilayah ASEAN, khususnya Indonesia.
"Realokasi ini juga bisa kita lihat peluangnya. Saat ini daya tawar kita ke Tiongkok lebih baik daripada negara ASEAN lainnya," ungkap Djauhari.