Cilacap, Gatra.com – Penganut Islam Kejawen Desa Kalikudi, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, menjalankan prosesi laku lampah atau berjalan kaki dalam ritual Pudunan ke Panembahan Daun Lumbung, Cilacap Selatan, Kamis (13/6) pagi.
Tetua Paguyuban Adat Tradisi Anak Putu (ATAP) Kalikudi, Kunthang Sunardi, mengatakan bahwa laku lampah pudunan kali ini diikuti sedikitnya 100 anak putu dari Pasemuan Lor dan Pasemuan Kidul.
Kata dia, itu merupakan angka surat jalan dari paguyuban dan pemerintah desa. Namun, tak tertutup kemungkinan jumlah itu akan bertambah. Sebab pada pendataan, ada beberapa pelaku adat yang belum tercatat. “Kadang-kadang ada juga penambahan. Nanti, kan ada pendataan lagi. Yang pudunan itu kan hanya anak putu Kalikudi,” katanya.
Dia menjelaskan, laku lampah itu merupakan napak tilas perjalanan leluhur anak putu Kalikudi ke Daun Lumbung pada masa ‘buka alas’ dan penyebaran agama Islam pada awal Abad ke-18 . Mereka berjalan kaki sejauh sekitar 25 kilometer ke Daun Daun Lumbung. Dalam napak tilas tersebut, peserta akan berhenti di lima pemberhentian yang sudah baku.
“Nanti berhenti di Jembatan Sitopong, terus nanti Pasar Karangkandri, Pasar Limbangan, terus Pasar Gede,” katanya.
Kunthang menyampaikan, setelah perjalanan napak tilas, anak putu Kalikudi diterima oleh Kiai Kunci Pasemuan Daun Lumbung. Diperkirakan, anak putu akan tiba di Daun Lumbung sekitar pukul 13.00 WIB. Kemudian, pada Kamis malam, anak putu Kalikudi akan menggelar muji atau doa di Pasemuan Daun Lumbung.
“Ya nanti di sana biasa, muji, ziarah ke makam Daun Lumbung yang berada di Cilacap,” ujarnya.
Pada Jumat, ritual dilanjutkan dengan bekten atau ziarah ke makam Daun Lumbung. Jumat sore, dilakukan ritual kepungan atau selamatan. Sabtu pagi, anak putu akan kembali berjalan kaki pulang ke Desa Kalikudi.
Pemberhentiannya pun sama dengan waktu keberangkatan, di lima tempat yang secara turun-temurun menjadi tempat peristirahatan.