Pati, Gatra.com - Kupatan di Desa Sambiroto, Tayu, dimulai pada Kamis (13/6) pagi. Wakil Bupati Pati Saiful Arifin mengharapkan, kekayaan budaya, tradisi itu bermanfaat bagi sektor perekonomian warga desa.
"Selain sebagai hiburan, ini juga budaya yang semoga memberikan keselamatan bagi warga desa Sambiroto karena niatnya disertai dengan syukuran," ujar lelaki yang kerap disapa Safin tersebut.
Selain disediakan kupat dan lepet, pada acara kupatan di Tayu yang memang diniati warga sebagai budaya syukuran, ada juga sesaji yang dilarung. Sesaji itu diarak di atas perahu-perahu warga desa untuk melintasi sungai Tayu hingga berujung ke muara sungai.Acara laru sesaji itu juga menjadi hiburan bagi para warga karena perahu-perahu yang melarung dihias secara kreatif.
"Semoga setelah ini para nelayan mendapat tangkapan yang lebih banyak, mendapatkan dampak yang positif," katanya.
Dalam ritual larung sesaji, kata Kepala Desa Sambiroto, Sulistiono, sesajen itu diletakkan di beberapa tempat yang berbeda. Kepala kerbau ditaruh di muara sungai, kemudian kepala kambing, kaki, dan ekornya di sebelah barat jembatan. "Kita mengiring sesajen yang dilarung ke muara dengan menampilkan hiburan. Salah satunya ya karnaval marching band," ujar Sulistiono.
Nurbuat (38) warga Desa Sambiroto RT 06 RW 01 mengatakan, kupatan sudah menjadi membudaya sejak dirinya masih kecil dan pelaksanaannya berlangsung secara turun-temurun.
Pada setiap acara kupatan tiba, banyak warga sekitar Desa Sambiroto yang membuka lapak untuk berjualan di area sekitar lokasi larung. "Buat menambah penghasilan sehari-hari," ucapnya.