Banda Aceh, Gatra.com - Direktur Jenderal Permasyarakat, Sri Puguh Budi Utami mengaku kesal dengan kerusuhan dan kebakaran yang terjadi di Rutan kelas II B Sigli, Pidie beberapa waktu lalu.
“Saya sangat kecewa hanya karena masalah dispenser menyulut emosi warga binaan hingga membakar rutan,” kata Sri saat menghadiri acara peresmian Ruang Layanan Kunjungan di Lapas Kelas II A Banda Aceh yang berada di Lambaro, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Rabu (12/6).
“Hanya karena pengambilan dispenser sangat sepele, apakah harus itu terjadi? Kalau ada komunikasi efektif pasti tidak terjadi,” ungkapnya.
Menurut dia, kebakaran dan kerusuhan yang terjadi di Rutan Sigli disebabkan persoalan tidak berjalannya komunikasi dengan baik antara petugas lapas (sipir) dan warga binaan.
Untuk itu, Sri berharap peristiwa itu terjadi untuk terakhir kalinya di Provinsi paling ujung barat Indonesia itu. “Itu kejadian yang terakhir, mohon coba dilakukan komunikasi yang lebih efektif. Perlu pendekatan dengan mengefektifkan komunikasi antara petugas dengan warga binaan,” katanya.
Ia juga menyatakan, fenomena kerusuhan lapas di Aceh sudah terjadi beberapa kali. Karenanya, selain melakukan komunikasi dengan baik antara sipir dan warga binaan. “Oleh karena itu, ia meminta agar mereka yang sedang menjalani masa hukuman untuk berkelakuan baik,” paparnya.
“Mereka juga diberikan pemahaman kalau menjalani hukuman dengan baik ada atensi dari pemerintah untuk bisa adanya percepatan mungkin mendapatkan remisi atau pembebasan bersyarat dan sebagainya,” jelasnya.
Dalam kunjungan itu, turut dikukuhkan Satgas Kepatuhan Internal oleh Dirjenpas yang diikuti oleh Satgas dari Kanwil Kemenkumham Aceh, Lapas Banda Aceh, Lapas Kualasimpang, Rutan Banda Aceh, Jantho, Lhoknga, Bapas dan Rupbasan Banda Aceh.