Riyadh, Gatra.com - Sebuah serangan rudal oleh gerakan pemberontak di Yaman yang menamai kelompoknya Houthi sebabkan 26 orang warga Arab Saudi terluka. Berdasarkan keterangan militer Arab Saudi, serangan ini menyasar Bandara Abha yang terletak di barat daya Arab Saudi pada Rabu pagi (12/6).
Dilansir dari BBC, Arab Saudi memimpin koalisi negara-negara Arab yang mendukung pemerintah Yaman dalam memerangi Houti selama empat tahun terakhir ini.
Yaman telah diluluhlantakkan oleh konflik yang berkecamuk pada Maret 2015 lalu. Saat itu para pemberontak berhasil mengambil alih sebagian besar negara bagian barat hingga Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi terpaksa melarikan diri ke luar negeri.
Hal ini menjadi sebuah kekhawatiran akan bangkitnya sebuah kelompok yang diduga didukung secara militer oleh kekuatan Syiah regional Iran. Arab Saudi dan delapan negara Arab lainnya yang sebagian besar merupakan negara Sunni, melakukan operasi militer udara untuk mengembalikan kepemerintahan Mansour Hadi.
Juru bicara koalisi militer Kolonel Turki al-Maliki mengatakan, bahwa sebuah proyektil yang ditembakkan oleh Houti mengenai Bandara Internasional Abha pada pukul 02.21 pada Rabu (12/6) waktu setempat atau pukul 23:31 GMT pada Selasa (11/6).
Maliki menambahkan, serangan terhadap bandara sipil, yang berjarak sekitar 110 kilometer dari perbatasan Arab Saudi dan Yaman, merupakan pelanggaran hukum kemanusiaan internasional dan bahkan itu mungkin merupakan sebuah kejahatan perang.
"Koalisi akan segera mengambil tindakan darurat dengan cepat untuk mencegah milisi teroris ini, dan untuk memastikan perlindungan warga sipil dan benda-benda sipil," ujarnya.
Maliki mengatakan saat ini sedang dilakukan identifikasi jenis proyektil yang digunakan. Namun, TV Al-Masirah yang dikelola Houthi menyiarkan kutipan juru bicara militer Brigadir Jenderal Yahia Sari yang mengatakan itu adalah rudal jelajah.
"Sistem terbaru Amerika Serikat tidak akan mampu mencegat rudal. Serangan ini menyebarkan kepanikan dan ketakutan pada musuh dan menyebabkan kebingungan besar di pihak mereka," tambah Sari.
Al-Masirah mengatakan ini adalah kedua kalinya Houthi menembakkan rudal jelajah. Yang pertama dilaporkan menargetkan pembangkit listrik tenaga nuklir yang sedang dibangun di Abu Dhabi pada 2017.
Sebelumnya Houthi telah melakukan banyak serangan rudal lintas perbatasan dan drone. Tetapi hal ini biasanya tidak menyebabkan banyak korban sipil.
Bulan lalu, Houthi melakukan serangan drone secara simultan pada dua stasiun pompa minyak di Arab Saudi, yang membuat pipa utama tidak beroperasi selama sehari.
Wakil Menteri Pertahanan Saudi Pangeran Khaled bin Salman mengatakan serangan ini dan yang lainnya diperintahkan oleh rezim di Teheran. Namun pemerintah Iran membantah keterlibatannya dalam hal ini. Mereka mengatakan tidak pernah melakukan hal-hal seperti yang dilakukan Houthi.
Sebagai tanggapan, koalisi melancarkan serangan udara di ibukota Yaman tempat kedudukan para pemberontak, Sanaa, yang menewaskan sedikitnya enam orang, termasuk empat anak-anak.
PBB mengatakan pertempuran di Yaman telah menewaskan sedikitnya 7.000 warga sipil dan 11.000 terluka. Sekitar 65% dari kematian telah dikaitkan dengan serangan udara koalisi.
Ribuan warga sipil tewas karena sebab yang bisa dicegah, termasuk kekurangan gizi, penyakit, dan kesehatan yang buruk.
Pada bulan Desember, kedua belah pihak sepakat untuk gencatan senjata lokal dan penarikan pasukan di sekitar kota pelabuhan Laut Merah utama Hudaydah, di mana sebagian besar bantuan Yaman diberikan. Namun di tempat lain kekerasan terus berlanjut.