Jakarta, Gatra.com – Jemaah haji yang berusia di atas 60 tahun berisiko sakit selama berada di dalam perjalanan, maupun saat tiba di Arab Saudi. Sebagian besar, mereka sebelumnya sudah memiliki riwayat penyakit tidak menular seperti jantung, diabetes, hipertensi dan sebagainya.
Meski begitu, jumlah kematian jemaah haji tercatat semakin berkurang setiap tahun.
“Tren penyakit semua konstan setiap tahunnya, ya penyakit tidak menular. Kalau angka kematian menurun lebih dari 50% dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” kata Kepala Pusat Kesehatan Haji, dr. Eka Jusup Singka di Kantor Kementerian Kesehatan (Kemenkes), di Jakarta, Rabu (12/6).
Eka menyebut penurunan itu karena persiapan yang dilakukan jauh lebih matang sebelum keberangkatan. Mulai dari pemeriksaan kesehatan, masyarakat yang sudah lebih sadar kesehatan mereka, serta kualitas tenaga kesehatan juga semakin ditingkatkan setiap tahunnya.
“Tahun ini ada tiga kloter penerbangan jemaah haji. Setiap kloter akan dikawal oleh tim kesehatan. Maka, petugas gerak cepat harus menjalankan tugas promotif dan preventifnya,” katanya.
Dikatakan, bagi jemaah yang rentan sakit juga harus sadar untuk tetap menjaga kesehatan mereka, tidak boleh capek dan terlalu memaksakan diri. Kalau sudah mulai lelah atau timbul gejala sakit, harus segera istirahat.
“Jadi perlu peran aktif dan kerjasama dari jemaah sendiri,” ujarnya.
Menteri Kesehatan (Menkes), Nila Moeloek juga menganjurkan agar masing-masing jemaah haji yang memang memiliki riwayat penyakit sebelumnya, untuk turut bertanggung jawab atas kesehatan tubuhnya. Caranya dengan menjaga pola makan, memeriksa kesehatan rutin serta konsumsi cairan yang cukup.
“Sebenarnya menjaga kesehatan itu sudah harus dilakukan, apalagi sudah memiliki niat atau bahkan persiapan untuk naik haji. Selain untuk alasan naik haji, kesehatan kan merupakan bagian dari kualitas hidup yang selalu kita jaga,” kata Nila.