Home Gaya Hidup Ada Kupat Jembut pada Perayaan Syawalan di Semarang

Ada Kupat Jembut pada Perayaan Syawalan di Semarang

Semarang, Gatra.com - Kota Semarang mempunyai tradisi unik saat merayakan Syawalan atau tujuh hari setelah Idulfitri. Yaitu berebut makanan kupat jembut atau kupat berisi sayuran. Kupat jembut sebenarnya hanya salah satu sebutan untuk kuliner khas Syawalan di Semarang. Nama lain yang lebih nyaman didengar yaitu Kupat Tauge.
 
Menurut salah satu tokoh masyarakat di Kampung Jaten Cilik, Pedurungan Tengah, Kota Semarang Munawir (45),  tradisi bagi-bagi ketupat itu sudah berlangsung  sejak  1950-an, tepatnya setelah warga asli Jaten Cilik kembali ke kampungnya  dari pengungsian  saat perang dunia kedua.
 
"Sudah ada sejak tahun 1950-an, persisnya setelah perang dunia kedua, tentara belanda menyerang daerah sini," katanya di Kampung Jaten Cilik, Semarang, Rabu (12/6).
 
Ia mengemukakan, kala itu warga hidup dalam kesederhanaan. Namun karena tetap ingin mengungkapkan rasa syukur setelah melewati  Ramadan,  diadakanlah syukuran sepekan setelah LEbaran atau Syawalan dengan membagikan kupat tauge tanpa opor.
 
"Itu simbol kesederhanaan. Adanya cuma tauge, kelapa, dan lombok. Isinya ya tauge sama sambal kelapa. Jadi, menyampaikan Lebaran Cilik (Syawalan) ini tidak harus dengan opor," ujarnya.
 
Ia menyebut, tradisi tersebut sudah rutin dilakukan masyarakat. Ketupat dibagikan tidak hanya untuk para dewasa, tapi juga dibagikan kepada generasi yang lebih muda atau anak-anak.  "Bada Syawal ini memang diwujudkan oleh orang dewasa untuk anak-anak. Sempat berhenti 2 tahun karena ramai-ramai ada PKI waktu itu," ucapnya. 
 
Mengenai penyebutan tradisi tersebut, kata Munawir, terdapat  banyak versi.  Ada yang menyebut kupat jembut. "Karena kampung ini religius, nyebutnya kupat tauge. Tapi sebutannya macam-macam," ujarnya.
 
600