Samarinda, Gatra.com - Banyak cara bisa dilakukan untuk menyampaikan kritik atau aspirasi terhadap suatu permasalahan. Dari cara konvensional seperti demonstrasi di jalan, menulis di wall media sosial hingga teatrikal kerap dilakukan agar lekas sampai ke telinga penerima kritik.
Berbeda dengan bentuk lazim kritik, anak-anak muda yang terdiri dari komunitas extrem sport, videografer dan warga di Kota Samarinda ini justru menuangkan protes mereka dengan aksi wakeboarding. Uniknya, wakeboarding yang biasa dilakukan di laut, danau atau sungai justru dilakukan di jalanan yang terendam banjir.
Salah satu Inisiator aksi, Alfredho Basugis mengatakan, sasaran dari kritik ini ditujukan bagi pemangku kepentingan yang lama dalam menangani banjir. Sebelum wakeboarding, Edho--sapaan akrab Alfredho--mengaku banyak yang sudah menyampaikan protes namun tidak direspon secara cepat.
"Maka kami mencoba protes dengan hal yang berbeda. Harapan kami masyarakat lebih menyadari pentingnya lingkungan dan pemerintah lebih serius dalam mencari solusi," kata Edho dalam pesan elektronik yang diterima Gatra.com, Rabu, (12/7).
Aksi protes bertajuk 'Wakeboarding on The City Flood' dipilih karena cukup memungkinkan dilakukan dengan persiapan singkat. "Ini yang paling relevan dan aplicable untuk dilakukan dalam waktu singkat mas," ujar Edho. Selain itu, Edho dan kawan-kawannya juga berharap banjir segera surut dan tidak terulang lagi dilain waktu.
"Dengan perasaan duka yang dalam terhadap korban bencana, kami berdoa semoga banjir segera surut dan dapat segera kembali ke rumah," demikian Edho.
Reporter: AJQ
Editor: Wem Fernandez