Home Kesehatan Penelitian Menunjukkan Ganja Tidak Dapat Menggantikan Obat Penghilang Rasa Sakit

Penelitian Menunjukkan Ganja Tidak Dapat Menggantikan Obat Penghilang Rasa Sakit

London, Gatra.com - Penelitian baru menepis anggapan bahwa penggunaan ganja untuk keperluan medis dapat mencegah kematian akibat overdosis opioid atau obat penghilang rasa sakit.

Dilansir dari Associated Press, negara-negara yang memiliki kasus kematian karena overdosis opioid mulai memikirkan ulang ganja medis dan membuat segelintir masyarakat melakukan penanaman ganja untuk penggunaan medis.

Namun, ketika para peneliti baru memasukkan data hingga 2017, mereka menemukan kebalikannya. Negara-negara yang mengesahkan undang-undang ganja medis melihat tingkat kematian sebesar 23% lebih tinggi dari yang diperkirakan dari penggunaan Opioid.

"Melegalkan ganja medis tidak akan menjadi solusi bagi krisis overdosis opioid. Akan luar biasa jika itu benar, tetapi bukti tidak menunjukkan bahwa itu benar," kata Chelsea Shover dari Fakultas Kedokteran Universitas Stanford.

Shover dan rekannya melaporkan temuannya itu di Prosiding National Academy of Sciences. Menurut mereka tidak mungkin pelegalan ganja medis menyebabkan efek pertama yang besar dan kemudian sebaliknya.

"Kami tidak berpikir itu masuk akal untuk mengatakan bahwa penggunaan ganja menyelamatkan hidup sebelumnya. Tetapi itu membunuh orang sekarang," kata Shover.

Ganja sebenarnya telah terbukti membantu meringankan rasa sakit kronis, dan penelitian lain menunjukkan pelegalan ganja medis dapat mengurangi penggunaan opioid. Jadi masih ada alasan untuk percaya bahwa bagi sebagian orang, ganja dapat menggantikan opioid sebagai pereda nyeri.

Namun, para ahli lebih sepakat tidak mendukung ganja sebagai pengobatan untuk kecanduan opioid. Obat-obatan seperti buprenorfin, morfin dan naltrexone harus digunakan sebagai gantinya.

"Kami tidak bahagia ketika papan iklan muncul yang mengatakan undang-undang pelegalan ganja mengurangi kematian akibat overdosis, itu sangat sulit bagi kita untuk mengendalikannya," kata Brendan Saloner dari Sekolah Kesehatan Publik Johns Hopkins Bloomberg.

Mengenai dampak kecanduan hingga overdosis dari obat penghilang rasa sakit, Shover mengatakan akan menggali lebih terkait masalah ini. "Kita harus memfokuskan penelitian dan kebijakan kita pada pertanyaan lain yang mungkin membuat perbedaan," kata Shover.

1850