Jakarta, Gatra.com - Menanggapi gejolak politik yang sedang "hangat" saat ini di Indonesia, terutama pasca aksi demo 22 Mei lalu, Menteri Pariwisata (Menpar) RI Arief Yahya mengatakan kondisi ini tidak sampai memengaruhi laju pariwisata di Indonesia. Menurut Menpar, bencana alam yang besar justru akan lebih mengancam kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia dibandingkan dengan isu politik atau bahkan terorisme di Indonesia.
"Tahun 2017 dan 2018 itu terjadi, 2017 erupsi Gunung Agung, tahun 2018 tsunami Selat Sunda. Ketika itu kita sudah percaya diri pariwisata bisa mencapai targetnya, tapi karena bencana jadi turun drastis. Wisman merosot dan sekarang semoga tidak ada bencana alam yang besar," pungkasnya di Jakarta, hari ini (11/6)
Namun terjadinya erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara, Minggu lalu menurut Menpar tidak akan berdampak banyak terhadap kunjungan wisman.
"Sinabung itu bukan destinasi wisata, jadi impactnya terhadap pariwisata tidak besar. Kalau bencananya terjadi dalam skala besar, apalagi terjadinya di destinasi wisata maka akan sangat berpengaruh terhadap kunjungan wisman. Saat ada Gempa Lombok misalnya, Bali bahkan terkena imbas karena keduanya berdekatan dan sama-sama destinasi wisata," tambahnya.
Diakui Menpar, proses pemulihan dan pariwisata pasca bencana juga lebih lama daripada proses pemulihan saat adanya isu politik atau terorisme. "Berdasarkan pengalaman, kalau yang isu politik dan terorisme tidak sebesar bencana alam, recovery- nya lebih cepet. Bom Thamrin tidak sampai satu bulan recovery-nya, tapi kalau bencana alam bisa 6 bulan recovery-nya," pungkas Arief Yahya.
Terkait target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia tahun 2019, diakui Menpar hingga kini target tersebut masih sulit untuk dicapai. "Sampai saat ini totalnya baru ada 5,12 juta, dikali 3 kuartal berarti baru 15 juta. Ini masih berat, maka perlu ada yang difokuskan oleh industri pariwisata untuk mengejar target kunjungan wisman," tambahnya.