Jakarta, Gatra.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, pada 2020 pemerintah menerapkan kebijakan fiskal ekspansif yang terarah dan terukur. Khususnya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah pelemahan ekonomi global.
“RAPBN Tahun Anggaran 2020 dengan tingkat defisit dalam rasio terhadap Produk Domestik Bruto yang terjaga rendah untuk menjaga keamanan dan keberlangsungan fiskal,” katanya pada Rapat Paripurna DPR, di Jakarta, Selasa (11/06).
Selanjutnya, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengatakan defisit Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tetap berada dalam batas aman. Tetap taat pada peraturan perundangan-undangan dan landasan konstitusi. Sebabnya, pengelolaan utang akan dilakukan secara hati-hati, transparan, dan akuntabel. Sesuai Undang-Undang (UU) dan prinsip pengelolaan utang yang baik yang dianut secara global.
Di sisi lain, pemerintah juga terus mengupayakan agar realisasi defisit dapat lebih rendah dibandingkan target. Sehingga pengendalian resiko fiskal bisa berjalan optimal.
“Dari sisi sumber pembiayaan untuk menutup defisit. Masih akan berasal dari utang terutama melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN),” ujarnya.
Walau begitu, pemanfaatan utang ditujukan bagi kegiatan produktif dan investasi. Ini dalam rangka pembangunan infrastruktur serta berbagai program prioritas lainnya yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi. Terutama pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakyat.
“Komposisi utang dijaga sesuai portofolio risiko yang aman dan dengan biaya efisien. Keseimbangan primer mengarah secara positif pada 2020. Sumber pembiayaan akan lebih difokuskan dari dalam negeri melalui lebih banyak penerbitan SBN ritel,” jelasnya.