Sleman, Gatra.com - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Ma'arif menyarankan Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu menyusun suatu memoria atau catatan perjalanan hidupnya, termasuk saat menangani konflik karena dukun santet di Banyuwangi 1998. Selama perjalanan kariernya, Ryamizard dianggap benar-benar seorang tentara yang mau membela negara.
Hal itu dikatakan Buya, sapaan Syafii, usai melakukan pertemuan dengan Menhan selama hampir dua jam di kediamannya, Nogotirto, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, DIY, Selasa (11/6).
"Saya katakan buat memoria. Perlu ada memori, perlu ada tim penulis tentang dia. Terkait apa yang dikerjakan dia ini, supaya tentara ditulis tentara, bukan tentara politik tapi tentara negara," kata Ahmad Syafii, Selasa (11/6).
Buya juga bilang, dalam pertemuan itu, Ryamizard bercerita tentang banyak pengalamannya saat aktif di TNI. Antara lain menangani kasus pembantaian dukun santet di Banyuwangi, Jawa Timur, 1998. "Hingga pengalaman dia mengatasi bentrokan di Kamboja," ujarnya.
Ryamizard, menurut Buya, bukan sosok tentara yang mau berpolitik. "Dia ini saya rasa tentara betul. Tidak mau ke politik dan memang mau membela negara. Walaupun teman-temannya macam-macam, tapi dia kan lain," ucapnya.
Adapun Ryamizard mengungkapkan sejumlah pesan Buya seperti harus menjadikan ajaran agama sebagai pedoman berbangsa.
"Harus diisi agar (bangsa ini) tidak terombang-ambing. Dengan apa? Ya ajaran agama itu. Agama untuk bangsa ini harus perlu ditanamkan terus-menerus. Dengan agama itulah semuanya menjadi baik," katanya.
Kondisi negara yang baik, menurutnya, pasti dengan agama. "Akhlak moralnya baik, pasti negara baik," paparnya.