Home Gaya Hidup Tentang Santri Dan Dirreskrimum Polda Jambi

Tentang Santri Dan Dirreskrimum Polda Jambi

Jambi, Gatra.com - Lelaki itu menarik nafas dalam usai menengok wajah para santri dan santriwati itu satu persatu. Wajah-wajah yang telah membikin batinnya selalu tenang, apalagi saat berada di Pesantren Tahfidz Satu Quran di kawasan jalan Sungai Duren, Jaluko-Muaro Jambi, Provinsi Jambi itu.

Perasaan nyaman inilah yang kemudian membikin Edi Faryadi doyan datang ke pesantren itu. Saban pekan selalu ke sana, nimbrung dan berbaur dengan para santri dan santriwati Tahfidz Quran tadi

"Ada kenyamanan tersendiri saat saya berada di antara mereka. Saya bukan hafidz Quran, tapi saya ingin anak-anak di sini benar-benar menjadi hafidz Quran. Itulah yang saya cita-citakan hingga kemudian mendirikan pesantren itu. Alhamdulillah tahun ini persis pada bulan Maret, 30 dari 60 orang santri dan santriwati yang ada, sudah menjalani wisuda hafidz Quran 30 Juz. Mereka menjadi wisudawan/ti angkatan pertama," cerita Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Jambi ini saat berbincang dengan Gatra.com, Senin (10/6).

Para santri dan santriwati tadi kata alumnus Akademi Kepolisian '96 ini tidak hanya berasal dari Muara Jambi, tapi dari sejumlah kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jambi. Katakanlah dari Batang Hari maupun Merangin

Para santri dan santriwati ini tidak merogoh kocek untuk apapun selama tinggal dan belajar di pesantren itu. Mereka diasuh oleh 12 orang ustadz/ustadzah dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

Sebenarnya kata Alumnus SMAN 1 Kota Jambi ini, Pesantren Tahfidz Satu Quran itu baru seumur jagung, berdiri sejak Agustus tahun lalu.

Bermula dari seseorang yang kebetulan menawari Edi lahan seluas 3,5 hektar di kawasan Sungai Duren tadi. Kawasan yang hanya berjarak sekitar 30 menit dari Kota Jambi.

Lantaran masih menjadi Wakil Direktur Reserse Kriminal Khusus (Wadirkrimsus) Polda Riau, lelaki berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) ini menyuruh adiknya, Adrian, menengok tanah itu.

Laporan Adrian, tanah tadi lokasinya bagus, sudah ada pula bangunan kecil dan masjid. Bangunan tadi dipakai oleh anak-anak sekitar untuk kegiatan keagamaan.

Singkat cerita, tanah itupun jadi dibeli meski saat itu belum kepikiran oleh Edi mau diapakan tanah itu.

Tapi belakangan Edi memutuskan supaya tanah itu dijadikan komplek pesantren saja. Mendengar keputusan itu, ibunda Edi, Farida Anang Hamid, kaget.

Maklum, dia tak pernah menyangka Edi membikin keputusan semacam itu. Perempuan ini terharu dan langsung menyetujui keputusan anaknya itu.

Edi mengaku, ide membikin pesantren itu mengalir begitu saja."Saya sudah 20 tahun bertugas di kepolisian. Baik buruk kehidupan sudah saya lewati. Dalam perjalanan itu, muncul pemikiran di diri saya, tentang kehidupan akhirat," cerita Edi.

Edi tak memungkiri juga kalau soal akhirat tadi dia terinspirasi dari Muchlis AS, seorang lelaki berpangkat Inspektur Jenderal (Irjen) Polisi, yang sejak Januari tahun lalu menjabat Kapolda Jambi.

"Saya bangga dengan beliau. Seorang jenderal yang agamanya kuat. Beliaulah yang menginspirasi saya. Meski sibuk, beliau masih sempat mengurusi santri/santriwati di kawasan Bulian, Kabupaten Batang Hari, Jambi," katanya.

Setelah ide membikin pesantren muncul, Edi mengajak teman-temannya sesama alumni SMAN 1 Jambi untuk terlibat di yayasan yang bakal menaungi pesantren itu.

Seperti ibunya, teman-teman Edi sesama alumni SMAN 1 Jambi, banyak juga yang kaget bercampur senang. Mereka yang pengusaha, pejabat dan ragam profesi itu langsung oke dan sepakat untuk memajukan pesantren.

Tak terasa kebersamaan itu semakin erat. Mereka bahu membahu menghidupkan dan memajukan pesantren itu. Kebersamaan yang kemudian bermanfaat luas bagi masyarakat.

Lantaran orang-orang yang mengurusi yayasan itu berasal dari alumni SMAN 1 Jambi, yayasan itupun diberi nama Yayasan Satu Quran.

"Kami sama-sama alumni SMAN 1. Dan Alquran kan cuma satu. Itulah cikal bakal nama yayasan ini. Nah, tanah yang 3,5 hektar tadi saya hibahkan untuk yayasan," ujar Edi.

Seorang alumni SMAN 1 Jambi, Suryadi, kemudian dipercaya mengelola yayasan tadi. Terus untuk mengelola usaha di komplek itu, dipercaya pula kepada seorang bernama Awie.

"Di komplek itu kebetulan sudah ada 12 kolam ikan. Inilah yang juga menjadi sumber penghasilan pesantren. Dari hasil itu, 30 persen diberikan kepada yayasan," cerita Edi.

Selain menjadi calon-calon Hafidz Quran, Edi juga ingin anak-anak di pesantren itu kelak menjadi sosok enterpreneur. Itulah makanya usaha ekonomi dibikin di sana.

"Dan saya juga ingin kelak pesantren ini menjadi tempat wisata rohani. Mereka yang ingin belajar Quran dan i'tikaf, silahkan datang ke sana. Nanti, para santri dan santriwati yang akan mendampingi. Insya Allah, dua tahun lagi ini akan terwujud," ujar Edi.

Ada sebenarnya hal lain yang kemudian dirasakan oleh Edi setelah pesantren itu ada. Bahwa pesantren telah muncul sebagai pagar bagi dirinya dalam keseharian.

"Sudah selalu ingat mati. Inilah pagar diri itu. Di dekat pesantren itu sudah saya beli 1 hektar tanah, untuk komplek pemakaman keluarga. Kalau saya mati, dikubur di sana saja. Insya Allah para santri dan santriwati hafidz Quran akan selalu mendoakan," katanya. Suara lelaki ini terdengar bergetar.

Selain manfaat ke diri dan keluarga, Edi juga merasakan pesantren telah membikin dia semakin dekat dengan tokoh-tokoh agama dan masyarakat.

Kedekatan ini tentu menjadi sinyal lebih positif dalam kesehariannya sebagai Dirreskrimum Polda Jambi tadi.

Artinya jika ada permasalahan atau konflik apapun, sudah lebih mudah dikomunikasikan dengan hati yang damai.

Dengan begitu, keadaan ini tentu akan sangat mendukung tugas-tugas kepolisian untuk selalu menghadirkan rasa nyaman dan damai di tengah masyarakat, khususnya tugas Edi sebagai Dirreskrimum.

"Alhmadulillah, saya enggak pernah menyangka akan sampai ke tahap seperti ini. Sebagai polisi, saya enggak hanya bermanfaat bagi Negara, tapi juga mayarakat dan agama. Mudah-mudahan Allah selalu meridhoi segala tujuan mulia yang ada," Ketua Pembina Yayasan Satu Quran Jambi ini, berharap.

Kepada stakeholder Edi kemudian menitipkan satu harap, agar para wisudawan/ti yang sudah hafidz Quran tadi mendapat kesempatan beasiswa untuk pengembangan pendidikan dan karier mereka. 


Abdul Aziz

 

795