California, Gatra.com - Beberapa perusahaan teknologi besar dunia telah meminta kepada karyawan mereka untuk berhenti berbicara tentang teknologi dan standar teknis dengan para insinyur di Huawei Technologies Co Ltd setelah diterbitkannya daftar hitam terbaru perusahaan teknologi Cina di AS.
Pembuat chip Intel Corp dan Qualcomm Inc, perusahaan riset seluler InterDigital Wireless Inc, dan operator Korea Selatan LG Uplus telah membatasi karyawan dari percakapan informal dengan pembuat peralatan telekomunikasi terbesar di dunia, Huawei.
Padahal diskusi semacam itu adalah bagian rutin dari pertemuan internasional di mana para insinyur berkumpul untuk menetapkan standar teknis untuk teknologi komunikasi, termasuk generasi berikutnya dari jaringan seluler yang dikenal sebagai 5G.
Departemen Perdagangan AS tidak melarang kontak antara perusahaan teknologi itu dengan Huawei. Namun pada 16 Mei, pihak bnerwenang AS memasukkan Huawei ke daftar hitam, melarangnya melakukan bisnis dengan perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah.
Kemudian beberapa hari kemudian Pemeirntahan Presiden Trump memberi wewenang kepada perusahaan AS untuk berinteraksi dengan Huawei dalam badan standar hingga Agustus mendatang, sebagaimana diperlukan untuk pengembangan standar 5G.
Namun setidaknya segelintir perusahaan teknologi AS dan luar negeri mengatakan kepada karyawan mereka untuk membatasi beberapa bentuk interaksi langsung ketika mereka berusaha menghindari masalah potensial dengan pemerintah AS.
Intel dan Qualcomm mengatakan mereka telah memberikan instruksi kepatuhan kepada karyawan, tetapi menolak untuk berkomentar lebih lanjut.
Seorang juru bicara InterDigital mengatakan telah memberikan panduan kepada para insinyur untuk memastikan perusahaan mematuhi peraturan AS. Bahkan seorang pejabat dengan LG Uplus mengatakan perusahaan secara sukarela menahan diri dari berinteraksi dengan pekerja Huawei, selain bertemu untuk instalasi peralatan jaringan atau masalah pemeliharaan.
LG Uplus mengeluarkan pernyataan kepada Reuters bahwa tidak ada kebijakan formal dalam perusahaan tentang membatasi percakapan dengan Huawei.
Namun dengan terjadinya hal ini, menurut beberapa pakar industri pembatasan baru dapat memperlambat peluncuran 5G, yang diharapkan memberi daya segalanya mulai dari transmisi video berkecepatan tinggi hingga mobil self-driving.
Pada pertemuan standar 5G pekan lalu di Newport Beach, California, para peserta secara pribadi menyatakan khawatir bahwa kerjasama lama antara para insinyur yang diperlukan untuk telepon dan jaringan yang terhubung secara global dapat menjadi korban dari apa yang oleh satu peserta digambarkan sebagai perang teknologi antara Amerika Serikat dan Cina.
Seorang perwakilan dari perusahaan Eropa yang telah melembagakan aturan terhadap interaksi dengan Huawei menggambarkan orang yang terlibat dalam pengembangan 5G sangat terguncang.
“Ini bisa mendorong semua orang ke sudut mereka sendiri, dan kami membutuhkan kerja sama untuk mencapai 5G. Karena ini harus menjadi pasar global,” katanya.
Yang pasti, beberapa pekerja di perusahaan telekomunikasi yang lebih kecil mengatakan mereka tidak diberitahu untuk menghindari diskusi dengan Huawei pada pertemuan standar, dan banyak vendor terus mendukung kesepakatan yang ada dengan Huawei. Tidak jelas berapa banyak komunikasi lebih lanjut dengan Huawei telah dibatasi dalam industri teknologi.
"Ada banyak kesalahpahaman dari apa yang saya lihat dan dengar dari klien dan kolega, sejauh apa sebenarnya pembatasan dari Departemen Perdagangan,” kata Doug Jacobson, seorang pengacara kontrol ekspor yang berbasis di Washington.
Dia mengatakan bahwa perusahaan yang melarang karyawannya menghubungi Huawei adalah berlebihan, karena pembatasan tidak menghalangi komunikasi, hanya transfer teknologi.
Huawei yang peralatannya diduga dapat digunakan oleh Cina untuk memata-matai AS, telah muncul sebagai tokoh sentral dalam perang perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia. Huawei berulang kali membantah bahwa perusahaan itu dikendalikan oleh pemerintah Cina, militer atau dinas intelijen.