Khartoum, Gatra.com - Aksi unjuk rasa masyarakat Sudan yang menolak pemerintah telah meninggalkan jalanan ibukota Khartoum. Sebagian besar masyarakat memilih untuk menghentikan aksi sejak Ahad (9/6) dikarenakan telah dimulainya minggu kerja saat itu. Sementara itu, menurut saksi dan petugas medis oposisi, seorang lelaki berusia 20 tahun ditembak mati dalam aksi tersebut.
Dilansir dari Reuters, kelompok oposisi dan para demonstran menyerukan agar para pekerja tetap tinggal di rumah setelah terjadinya insiden penyerbuan posko aksi oleh aparat keamanan pada Senin (3/6) lalu.
Penyerbuan ini menewaskan lusinan orang dan memberikan pukulan terhadap transisi damai setelah penggulingan Presiden Omar Hassan Al-Bashir pada April lalu.
Juru bicara Transitional Military Council (TMC), Shams El Din Kabbashi mengatakan pihaknya bersedia mendengarkan tuntutan oposisi dan memulai kembali perundingan yang terhenti setelah serangan terhadap posko aksi.
Setelah serangan itu, ketua TMC Abdel Fattah al-Burhan membatalkan semua perjanjian dengan Deklarasi Kebebasan dan Pasukan Perubahan (DFCF), aliansi oposisi, dan menyerukan pemilihan dalam waktu sembilan bulan. Namun pihak oposisi menolak rencana tersebut.
Serangan itu terjadi setelah pertikaian yang berlangsung selama beberapa pekan antara TMC, yang mengambil alih dari Bashir, dan DFCF tentang siapa yang harus mengarahkan transisi menuju pemilihan.
Menurut saksi mata, para pengunjuk rasa memenuhi jalanan Khartoum pada Ahad (9/6) di tengah penjagaan keamanan ketat. Pasukan keamanan melepaskan tembakan ke udara dan menggunakan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa di Khartoum Utara.
Di beberapa tempat di ibukota, hanya sedikit pejalan kaki atau kendaraan yang terlihat. Transportasi umum hampir tidak berfungsi dan sebagian besar bank komersial, perusahaan swasta, dan pasar tutup, meskipun beberapa bank pemerintah dan kantor layanan publik sudah buka.