Riyadh, Gatra.com - Seorang remaja berusia 18 tahun di Arab Saudi bernama Murtaja Qureiris telah dipenjara lebih dari empat tahun terkait demo anti-pemerintah. Ia terancam akan dieksekusi pancung.
News.com.au melaporkan, Murtaja telah melakukan demo sejak usia sepuluh tahun. Ia ditangkap aparat keamanan Arab Saudi pada usia 13 tahun.
Dirinya sejak kecil terlibat demo politik yang menuntut keterwakilan Muslim Syiah yang lebih besar di kerajaan tersebut. Di negara monarki itu, protes dalam bentuk apa pun kerap dipandang sebagai tindakan kekerasan dan sering dikategorikan oleh sistem peradilan sebagai tindakan terorisme.
Baca Juga: Arab Saudi Gelar Pertemuan Darurat dengan UEA Pasca Serangan Iran
Jaksa penuntut merekomendasikan Qureiris untuk menghadapi hukuman paling serius atas tindakannya yang dianggap sebagai kejahatan.
"Ada beberapa pelanggaran hukum internasional yang lebih serius daripada mengeksekusi seorang anak," kata Maya Foa, direktur Reprieve, salah satu kelompok pemantau hak asasi manusia saat mengomentari kasus Qureiris.
Menurutnya, dengan mencoba mengeksekusi Qureiris, rezim Saudi menunjukkan "impunitas" absolutnya terhadap komunitas global.
Baca Juga: Arab Saudi Tembak Jatuh Drone Pengebom Milik Houthi
Dalam video yang diperoleh CNN, Qureiris terlihat memimpin sekelompok pemrotes Syiah naik sepeda pada saat-saat sebelum protes anti-pemerintah di Arab Saudi. Kelompok itu menyerukan lebih banyak hak bagi minoritas Syiah Arab Saudi.
Demo itu adalah salah satu dari banyak ekspresi perbedaan pendapat politik oleh Muslim Syiah di seluruh Arab Saudi selama gerakan Arab Spring pecah di Timur Tengah dan Afrika. Butuh waktu empat tahun bagi pemerintah untuk secara resmi mengajukan tuntutan terhadap remaja itu pada Agustus 2018.
Tuduhan tersebut untuk pelanggaran sejak tiga tahun sebelum penangkapannya ketika ia berusia sepuluh tahun. Dia dituduh ia terlibat dalam protes anti-pemerintah, memiliki senjata api, dan telah bergabung dengan organisasi teroris. Pemerintah telah merekomendasikan Qureiris, yang sekarang berusia 18 tahun, dieksekusi karena tuduhan kejahatannya.
Baca Juga: Tolak Putusan Kongres, Pemerintahan Trump Siap Ekspor Senjata ke Saudi dan UEA
Setelah dia nanti dibunuh, jaksa penuntut dalam kasusnya telah merekomendasikan jenazahnya dipotong-potong, atau disalibkan, karena kejahatannya termasuk “penyebaran hasutan” yang memungkinkan hukuman yang paling kejam.
Keluarga Qureiris memiliki sejarah aktivisme politik. Dalam video, mereka mengidentifikasi seorang pria dalam keffiyeh atau hiasan kepala merah dan putih sebagai ayah Qureiris. Ketika Qureiris baru berusia 11 tahun, saudaranya terbunuh dalam sebuah pertemuan umum politik. Pada saat pemakaman, pemerintah mengklaim acara tersebut berubah menjadi pawai keluarga anti-kerajaan. Para aktivis Saudi saat itu tetap melaksanakan pemakaman itu secara damai.
Qureiris ditangkap saat bepergian dengan keluarganya ke Bahrain. Dia ditahan di perbatasan oleh otoritas Saudi. Dia, pada saat itu, dianggap sebagai tahanan politik termuda.