Jakarta, Gatra.com – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) saat ini sedang melalakukan kajian mendalam terkait pembangunan PLTU Batang Toru di Tapanuli. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Siti Nurbaya Bakar menuturkan pihaknya saat ini terus mengawal dan telah membentuk satuan tugas di lapangan.
Ia mengatakan posisi terakhirnya adalah perbaikan analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL) di daerah. “Untuk persoalan PLTU Batang Toru, kita masih terus mengikuti dan sudah ada tim kerjanya di lapangan. Posisi terakhirnya hingga kini adalah AMDAL-nya sedang diperbaiki, dikoreksi, dan diolah di daerah,” ujar Siti saat ditemui di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Pusat, Senin (10/6).
Siti mengatakan perbaikan AMDAL ini dilakukan karena belum memperhitungkan spesies orang utan yang baru ditemukan. Selain itu, ia menambahkan International Union for Conservarion of Nature (IUCN) sudah keluar dan dapat dilihat.
“AMDAL di daerah sedang dilakukan perbaikan karena sebelumnya belum memperhitungkan adanya orangutan yang merupakan spesies baru dimana baru ditemukan 2-3 tahun terakhir. Selain itu pula, IUCN sudah keluar dan semua dapat melihat dalam IUCN tersebut,” ujarnya.
Mengenai poin rekomendasi, Direktur Jenderal Konservasi dan Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Wiratno mengatakan rekomendasi terkait dengan teknik pembangunan, koridor satwa, lalu perbaikan kepada AMDAL daerah.
“Untuk lengkapnya, nanti akan dilakukan pengecekan kembali. Tapi intinya, AMDAL-nya sedang diperbaiki terkait dengan adanya keberadaan orang utan sebagai spesies baru. Sebenarnya dalam AMDAL lama sudah terlihat intention baik untuk lingkungan sudah terlihat, namun sekarang persoalannya sudah meluas dan IUCN juga sudah turun. Nanti kita lihat saja hasil akhirnya,” paparnya.
Seperti diketahui, pembangunan PLTU Batang Toru mendapat protes dari masyarakat dalam negeri mau pun luar negeri. Bahkan sebuah petisi sempat dilayangkan agar pembangunan PLTU ini dihentikan. Alasannya, pembangunan PLTU akan menganggu kelestarian orangutan khasi Tapanuli yang diklaim hanya berjumlah 800 ekor.