Home Milenial Kopi O Legendaris di Kepulauan Riau Diserbu Pelanggan Saat Libur Lebaran

Kopi O Legendaris di Kepulauan Riau Diserbu Pelanggan Saat Libur Lebaran

Batam, Gatra.com - Berlibur ke wilayah Kepulauan Riau, belum mantap bila tidak mampir ke salah satu lapak kopi terkenal di salah satu pulau provinsi ini.  Kedai kopi legendaris Double Peach di Pulau Belakang Padang, Batam ini dapat menghabiskan hampir 2000 cangkir kopi per hari ketika musim libur seperti sekarang ini.

Tempat ini lebih dikenal dengan kedai kopi Ameng, seperti nama pemiliknya. "Di hari biasa itu bisa habis sekitar 500 sampai 600 cangkir. Kalau hari libur seperti ini bisa 2 atau 3 lipatnya kita seduh, sampai kadang tidak terlayani lagi saking banyaknya (pelanggan) yang datang," ujar pemilik kedai kopi ini, Ameng, Batam, Ahad (9/6).

Awal bisnis kopi ini dimulai sekitar 39 tahun lalu oleh dirinya. Pria keturunan Tionghoa ini mengaku pertama kali membuka usahanya secara kecil-kecilan di dekat tepi laut bersama dengan orangtuanya. Dia mengaku bahwa berbagai kalangan dari dalam dan luar negeri datang ke pulau tersebut hanya untuk menikmati kopi seduhannya. Tidak ketinggalan para pejabat juga sering membeli kopinya.

"Gubernur Kepri kalau lagi ke Batam pasti mampir kesini. Pelanggan udah dari mana-mana. Singapura, Malaysia, Jakarta. Kalau warga Batam ya ada juga yang tiap hari menyebrang kesini (pakai perahu kecil) untuk ngopi di tempat Ameng," ungkapnya kepada Gatra.com.

Kopi hitam atau kerap disebut kopi O buatannya ini dihargai Rp5.000 per cangkirnya. Ameng mengatakan bahwa mendapatkan bahan baku dari Tembilahan yang berada di Riau daratan, lalu diolah di Pulau Tanjung Batu, Kepulauan Riau. Tidak hanya kopi O, kopi susu buatannya juga menjadi favorit pelanggannya.

"Yang buat lain dari yang lain adalah racikan kopinya yang beda dan hanya Ameng yang bikin, tidak diserahkan ke orang lain," ungkap pria 55 tahun ini.

Dari hasil berjualan kopi ini, Ameng mengaku dapat menyekolahkan anaknya sampai Perguruan Tinggi. Dia mengaku bangga dengan usahanya walaupun setiap harinya sangat kelelahan karena dirinya sendiri yang meracik kopi-kopi untuk para pelanggan setianya.

Walaupun namanya sudah melegenda dan diminati banyak orang, namun dirinya belum mau untuk membuka cabang di daerah lain. Selain itu dirinya juga berharap bahwa anaknya kelak dapat melanjutkan usahanya tersebut.

"Maunya usaha ini diteruskan sama anak, tapi kan anak-anak sekarang itu sudah agak beda seperti dahulu. Mungkin dia ada keinginan lain kan, jadi kami tidak paksa juga," ungkapnya.

1953