Jakarta, Gatra.com - Sejak diresmikan pada 28 Desember 2016, Terminal Bus Terpadu Sentra Timur Pulo Gebang masih memiliki banyak kekurangan. Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah (UPTD) Terminal Terpadu Pulo Gebang Ismanto menjelaskan hal tersebut ketika ditemui oleh Gatra.com.
“Kita akui masih banyak kekurangan di Terminal Pulo Gebang selama beroperasi 2,5 tahun. Sekarang ini kita sedang meningkatkan pelayanan dan kebersihan agar masyarakat yang datang ke terminal bisa mendapatkan fasilitas terbaik. Kita berusaha seoptimal mungkin memberikan kualitas layanan yang diingkan penumpang, pedagang, dan para stakeholder,” ujar Ismanto, Sabtu (8/6).
Selain aspek pelayanan dan kebersihan, Terminal Pulo Gebang juga sudah memiliki website, LED TV yang ada di berbagai sudut untuk menampilkan informasi seperti waktu keberangkatan dan kedatangan.
“Makanya sebenarnya kita sudah punya website tapi sedang proses maintenance, juga layar LED untuk memperlihatkan informasi,” imbuhnya.
Tidak hanya seputar pelayanan dan kebersihan, namun juga menyangkut beberapa aspek. Termasuk mengenai penerapan ticketing online dan area komersil. Menurut pengamatan Gatra.com, terminal bus tipe A ini memang belum sepenuhnya selesai. Salah satunya pembangunan food court yang belum selesai.
“Area komersial kita kan belum optimal dalam memberikan layanan kepada pengguna, artinya konsep kiosnya kan belum lengkap. Ini juga menjadi program dinas perhubungan, tinggal pola optimasi terhadap komersial ini mau seperti apa,” ungkap Ismanto.
Ismanto juga menjelaskan jika terminal ini dibangun dengan konsep seperti mall. Pola pengelolaannya seperti mall karena luas terminal cukup besar, sehingga administrator terminal sudah pasti harus mengelola area komersial.
“Maka dari itu pola seperti apa yang pas? Misalnya seperti bandara, jadi administrator terminal seperti administrator bandara. Area komersial adalah sebuah proses yang lain, yang menjadi bagian dari tata kelola terminal itu sendiri. Ini juga masih menjadi policy, mana yang terbaik,” tuturnya.
Namun ketika ditanya kapan estimasi semua aspek terminal selesai dibangun, Ismanto belum bisa memberikan angka pasti.
“Kalau keinginan kita sih makin cepat makin baik ya, karena terminal ini kan sangat besar. Bicara fasilitas, saya pikir berbeda dengan terminal lain. Mulai dari fasilitas utama sampai fasilitas penunjang,” lanjutnya.
Terminal Pulo Gebang memiliki beberapa fasilitas, seperti 6 unit lift, 21 unit eskalator, genset, AC dengan PK yang besar.
“Semua ini kan harus melalui maintenance dan butuh biaya. Selain butuh tata kelola yang profesional. Sehingga pola pengelolaan dan bisnis seperti apa yang paling pas dan ini menjadi pemikiran di Pemprov DKI Jakarta,” imbuhnya.
Ismanto sempat berpikir untuk bermitra dengan pengelola yang kompeten layaknya bandara. Sehingga administrator terminal hanya bertugas pada aspek kenegaraan, aspek keselamatan, dan aspek layanan penumpang, sedangkan aspek komersialisasi dimitrakan sesuai dengan ketentuan.
“Nah ini juga hal baru, karena dari terminal seluruh Indonesia, pola kemitraan yang sifatnya berbeda dan spesifik seperti ini ya belum ada yang bisa dijadikan sampling. Yang pasti kita ingin yang efisien dan masyarakat terlayani dengan baik. Mengedepankan aspek pelayanan tapi juga bagaimana aspek tata kelola komersialiasi ini bisa maksimal,” ujarnya.
Untuk mencari pola tersebut, Ismanto mengatakan hal tersebut sedang berjalan. Berproses sambil dikaji agar tidak menimbulkan kesalahan.
“Jangan sampai salah keputusan, harus dapat opsi yang terbaik untuk fasilitas publik seperti ini. Karena terminal adalah sebuah layanan publik yang jika dicompare dengan sebuah profit kan perlu dikaji dengan cermat. Tapi disisi lain aspek layanan juga hal menjadi pertimbangan utama. Formulasi ini yang harus cepat tapi perlu kecermatan juga,” tukasnya.