Jayapura, Gatra.com - Telangga Gire, 30 tahun adalah ajudan pentolan pimpinan kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB), Goliat Tabuni yang bermarkas di Kabupaten Puncak Jaya.
Telangga Gire, bersama tiga orang pengikut lainnya yakni Piningga Gire (25), Tekiles Tabuni (30) dan Perengga (27), berikrar untuk setia kepada NKRI.
Kembalinya Telangga Gire bersama tiga orang lainnya dilakukan di Kampung Wurak Distrik Ilu, Kabupaten Puncak Jaya, pada Sabtu (8/6), sekitar pukul 08.25 WIT.
Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi menuturkan ikrar setia kepada NKRI yang dilakukan ajudan Goliat bersama tiga orang lainnya dilakukan dihadapan Dandim 1714/PJ Letkol Inf Agus Sunaryo, didampingi oleh 25 orang anggota Kodim setempat.
"Mereka juga menyerahkan satu pucuk senjata api jenis Mosser dan sejumlah munisi cal. 7,62. Telangga mengaku senjata tersebut adalah milik polisi yang dirampas pada saat penyerang Polsek Karubaga di Kabupaten Tolikara pada 2013," kata Aidi, Sabtu (8/6).
Aidi menambahkan proses penyerahan diri keempat orang itu berawal dari komunikasi dengan seorang anggota Kodim 1714/PJ atas nama Sertu Jefri May yang berlangsung sejak 5 Mei 2019. Menurut Telangga bahwa dirinya dengan beberapa orang rekannya sudah lama ingin menyerahkan diri, namun tidak tahu bagaiman caranya karena takut ditembak oleh TNI/Polri.
Setelah kenal dengan Jefri May dan kawan-kawannya, maka terjalin komunikasi secara terus menerus, baik melalui telpon maupun dengan pertemuan secara langsung.
Kata Aidi, selama masa perkenalan dan proses komunikasi, Sertu Jefri selalu melaporkan perkembangannya kepada Dandim Letkol Inf Agus Sunaryo untuk mendapatkan petunjuk. Agus menitip pesan bahwa TNI menjamin keselamatan mereka bila ingin menyerahkan diri secara sukarela.
"Kita semua bersaudara, mari bersama membangun Papua untuk masa depan generasi kita yang lebih baik, Papua sudah merdeka dalam bingkai NKRI," kata Aidi menirukan ucapan Dandim Puncak Jaya, agar diteruskan kepada Telangga bersama kelompoknya.
Lanjut Aidi, Telangga beserta kelompoknya tak langsung mempercayai TNI. Secara diam-diam, mereka (Telangga cs) mengamati interaksi TNI bersama rakyat yang terlihat sangat baik dan tidak pernah menyakiti rakyat. TNI selalu membantu rakyat, termasuk TNI membantu membangun jalan dan fasilitas lainnya.
Proses Negosiasi
Proses negosiasi dan komunikasi terus berlanjut. Hari itu, Kamis (6/6), sekitar pukul
17.00 WIT, 4 orang anggota Kodim dipimpin Sertu Jefri May melaksanakan pertemuan dengan Telangga di Distrik Tingginambut, mereka menyatakan tekadnya untuk menyerahkan diri kembali kepangkuan NKRI.
Hari itu juga, keempatnya diantar ke Makodim untuk menghadap Dandim di Distrik Mulia Puncak Jaya.
Lalu, sekitar pukul 23.00 WIT Letkol Agus berkoordinasi dengan Bupati Puncak Jaya, Yuni Wonda tentang keinginan anggota KKSB kembali ke pangkuan NKRI. Bupati menyanggupi akan memberikan keempatnya pekerjaan dan memperbaiki rumah mereka.
"Hasil pertemuan, antara Dandim dan Telangga Gire akan menyerahkan senjata yang disimpan di Kampung Wurak Distrik Ilu, Kabupaten Puncak Jaya," ucapnya.
Setia pada NKRI
Hari yang telah disepakati pun tiba. Dandim dan Telangga menyepakati pad Sabtu (8/6) Dandim beserta 25 orang tim pengamanan berangkat ke Kampung Wurak untuk menjemput Telangga Gire cs, beserta senjata yang dijanjikan.
Proses penyerahan diri berlangsung aman dan lancar. Saat ini Telangga Gire cs beserta senjatanya sudah berada di Makodim dalam rangka pendataan.
Sementara itu Bupati Puncak Jaya berencana akan melaksanakan upacara penerimaan warga pada hari Selasa (11/6) dengan mengundang warga Mulia, Puncak Jaya.
Bupati pun berjanji akan menyalurkan pekerjaan serta membangun rumah untuk anggota KKSB yan menyerahkan diri kembali ke pangkuan NKRI.
Kata Aidi, keterangan dari Telangga selama ini, ia dan anggota lainnya merasa tertipu oleh Goliat Tabuni dan kelompoknya. Goliat selalu menjanjikan bahwa tidak lama lagi Papua akan merdeka dan mereka akan dijanjikan jabatan tinggi. Ternyata semuanya tipu belaka.
"Kami bertahun-tahun hidup menderita di hutan, kepanasan, kedinginan, kehujanan, kelaparan dan lain-lain. Tiap hari hanya makan petatas dan keladi ambil dari kebun warga, sementara pembangunan di kampung-kampung dan di kota-kota semakin maju dan warga hidup sejahtera," kata Telangga penuh penyesalan.
Telangga juga mengakui kembalinya ke NKRI demi masa depan anaknya, untuk dapat bersekolah, agar nanti hidupnya lebih baik tidak seperti dirinya.
"Kami mau kerja yang baik-baik, agar anak-anak diurus menjadi orang yang berhasil," kata Telangga yang mengaku memiliki 13 orang anak dari 4 orang istri yang keseluruhan anaknya masih kecil-kecil.
Telangga juga meminta kepada seluruh rekan-rekannya yang masih di hutan agar segera kembali ke pangkuan NKRI, agar bisa hidup normal sebagai masyarakat warga Negara Indonesia.
"Bahwa apa yang kita perjuangkan selama ini hanya mimpi-mimpi kosong. Kasihan anak keturunan kita. Mereka harus kita siapkan agar mereka bisa hidup lebih baik di masa yang akan datang, " kata Telangga mengajak anggota KKSB lainnya.