Bantul, Gatra.com - Salah satu tempat makan legendaris di Yogyakarta, Warung Gudeg dan Mangut Lele Mbah Marto bisa menghabiskan sekitar 60 kilo ikan lele saat masa liburan seperti ini.
"Sekitar 40 kilogram hingga 60 kilogram (ikan lele), itu kalau liburan lho mas, kalau hari biasa sekitar 40 kg ikan lele, tapi kalau Sabtu-Minggu pasti 60 kilogram habis," ujar anak kelima Mbah Marto, Poniman.
Poniman menambahkan, saat masa liburan saat ini pelanggannya bisa datang dari berbagai kota. "Dari Jakarta, Surabaya, Malang, Semarang, Bogor, Cirebon, platnya kan F, E, B, L," jelasnya.
Saat momen lebaran seperti ini bahkan, menurut Poniman pelanggan akan ramai sampai dua minggu setelah lebaran. "H+15 masih rame mas, dua minggu setelah hari raya itu masih rame," kata Poniman.
Menurut cerita Poniman, awalnya Mbah Marto hanya berjualan gudeg, lalu lambat laun sekitar tahun 80-an, Mbah Marto baru mulai menjajakan menu mangut lele.
Keunikan dari mangut lele Mbah Marto ini selain cita rasanya yang cenderung pedas juga ikan lelenya sebelum direndam dalam kuah mangut diasapi terlebih dahulu.
"Awalnya iseng memanggang lele kemudian ditaruh di sayur krecek yang pedas itu, karena itu laris terus dibikin spesial, dibikin bumbu sendiri, tidak dimasukkan di sayur krecek, jadi dibuat bumbu spesial untuk mangut tersebut," ceritanya.
Menu mangut lele itu, tambah Poniman, seiring berkalannya waktu justru jadi menu laris dan jadi spesial.
Dulunya Mbah Marto juga berjualan dengan cara keliling, baru pada tahun 1985, menurut Poniman, mulai untuk berjualan di rumahnya saat ini di kawasan Sewon, Bantul hingga sekarang. Mbah Marto sekarang dibantu oleh anak-anak dan tetangganya menjalankan bisnis kulinernya ini. Mbah Marto sendiri saat ini sudah berusia 92 tahun.
Bagi pengunjung yang datang untuk menyantap hidangan Mbah Marto biasanya diarahkan untuk langsung masuk ke pawon atau dapur rumah Mbah Marto, di sana pengunjung bisa mengambil sendiri hidangan yang akan dimakan.
Saat ini Gudeg dan Mangut Lele Mbah Marto buka dari pukul 10.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. Bagi yang ingin kesana bisa langsung menuju ke arah Jalan Parangtritis, jalan terus hingga Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, tidak jauh dari ISI ada jalan ke timur seberang kantor pos yang mengarah ke perkampungan, dari situ bisa tanya ke warga sekitar untuk bisa menemukan rumah Mbah Marto. Maklum rumahnya sedikit nyempil di perkampungan penduduk. Rumah Mbah Marto biasanya ramai konsumen saat jam makan siang.
Poniman berujar setelah lebaran ini Ia berencana untuk buka sampai malam, sampai pukul 21.00. Hal ini karena ada permintaan beberapa pelanggan untuk buka malam hari. Selain itu Poniman juga baru saja merenovasi sedikit rumah Mbah Marto agar bisa menambah jumlah meja untuk para pelanggan.
"Dari pelanggan-pelanggan itu yang minta malam, permintaan itu, dan yang datang malam itu selalu kecewa, jam lima, setengah enam itu banyak.yang datang," ujar Poniman
"Kalau dari luar kota kan kasihan mas," ujarnya.
Untuk harga saat ini seporsi nasi, mangut lele atau ayam, ditambah dengan sayuran, krecek, gudeg dibandrol dengan harga Rp25.000 sudah termasuk dengan minum. Selain lele Mbah Marto juga menyediakan garang asem ayam.