Tokyo, Gatra.com - Pemerintah Jepang melaporkan pada Jumat (8/6) bahwa emisi karbon menjadi persoalan mendesak yang harus ditangani.
Dilansir dari Aljazeera, emisi karbon per kapita diJepang tergolong tinggi, sejak 2016 mencapai 9,0 ton. Angka tersebut jauh di atas rata-rata emisi di beberapa negara maju yakni 7,6 ton. Seperti di Inggris sejumlah 5,7 ton dan Prancis 4,4 ton.
Berdasarkan Laporan tersebut, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berencana melakukan defosilisasi atau pengurangan jumlah energi fosil. Selain itu, meningkatkan energi terbarukan menjadi 22%-24% pada 2030. Saat ini, Jepang menghasilkan 15,6% energi dari energi terbarukan.
Negara Matahari Terbit tersebut sangat bergantung pada pembangkit listrik yang bersumber dari minyak, gas dan batu bara. Pengamat energi dari Universitas Rikkyo Andrew Dewit pesimis energi terbarukan akan terimplementasi.
" Mereka hanya berusaha mencapai target 22%-24%. Tidak lebih besar dari itu. Hanya omong kosong karena jumlah anggaran terbatas. Fokus penyebaran energi terbarukan menjadi hemat dan cepat," katanya pada Aljazeera pada Sabtu (8/6).
Dewit mengatakan, Jepang mengandalkan bahan bakar fosil semenjak bencana Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima. Bahkan partai oposisi Jepang secara keras menolak ekspansi tenaga nuklir.
"Karena itu kemungkinan ekspansi Jepang dalam energi terbarukan akan datang dari berbagai sumber. Termasuk energi panas bumi dan angin, di samping sebagian sumber nuklir dan matahari yang lebih umum," kata DeWit.