Moskow, Gatra.com - Pemerintah Rusia meminta aplikasi kencan Tinder untuk menyerahkan data berupa pesan dan foto penggunanya. Hal ini merujuk pada Undang-Undang baru yang telah ditetapkan Rusia kepada seluruh perusahan media sosial agar menyimpan data mereka selama enam bulan di server Rusia.
Dikutip dari BBC, ada 175 perusahaan yang telah dicatat Rusia untuk menuruti permintaan mereka. Perusahaan yang menolak seperti aplikasi pengirim pesan pribadi Telegram berisiko di blokir. Pihak Tinder mengaku bahwa perusahaannya telah tercatat untuk memenuhi permintaan tersebut.
Namun mereka menyatakan dengan tegas bahwa hingga saat ini belum ada data pribadi pengguna yang dibagikan kepada pihak Rusia. "Kami belum menyerahkan data apa pun kepada pemerintah Rusia," demikian pernyataan Tinder seperti dikutip BBC, Selasa (4/6).
Ketika Telegram menolak untuk menyerahkan pesan yang dikirimkan oleh penggunanya, otoritas Rusia mengumumkan bahwa mereka telah memblokir aplikasi ini. Meskipun begitu, pengguna tetap bisa mengaksesnya dengan menggunakan proxy anonim atau VPN (jaringan pribadi virtual) untuk terus mengakses Telegram.
Mengetahui fenomena ini, para kritikus berkomentar bahwa pemerintah Rusia berusaha untuk meredam perbedaan pendapat dan meningkatkan sensor di internet. Namun, pihak Rusia mengatakan mereka berusaha untuk mencegah terorisme dan serangan siber.