Medan, Gatra.com - Toba Caldera World Music Festival (TCWMF) 2019 kembali digelar pada tanggal 14-16 Juni 2019 di lapangan terbuka bukit Singgolom desa Lintongnihuta, Kecamatan Tampahan, Toba Samosir (Tobasa).
Kegiatan yang digagas oleh lembaga Rumah Musik Suarasama ini akan dilaksanakan bekerjasama dengan berbagai komunitas di kota Balige dan masyarakat kecamatan Tampahan Tobasa . Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan dan mempromosikan destinasi wisata Danau Toba kepada masyarakat di Sumatera Utara (Sumut), Indonesia dan dunia lewat sebuah festival musik.
Baca Juga: Polemik RUU Permusikan, Musisi Medan Belum Memberikan Komentar
Irwansyah Harahap sebagai director of festival TCWMF menyatakan bahwa festival tahun ini merupakan sebuah tantangan yang baru. Karena tahun lalu mereka mengelar dalam ruang di TB Silalahi Center selama satu hari. Sementara tahun mencoba melakukannya di lapangan terbuka selama tiga hari.
Karena itu, segala sesuatu menyangkut persiapan teknis maupun non teknis benar-benar dipersiapkan secara matang. “Tak mudah memang, namun dengan keterlibatan berbagai pihak dalam penyelenggaraan festival ini membuat kita menjadi lebih optimis,” katanya dalam siaran pers, Senin (3/6).
Baca Juga: Milenial Berperan Penting dalam Pembangunan Wisata Berbasis Ekologis
Sementara itu, co-director sekaligus manejer produksi TCWMF, Rithaony Hutajulu mengatakan bahwa world music itu awalnya istilah dalam dunia ethnomusicology. Istilah itu untuk menyebutkan musik-musik tradisi dari seluruh kebudayaan dunia. Di akhir abad 20an istilah ini diadopsi oleh industri musik menjadi sebuah genre musik baru yang ada hubungannya dengan ekspresi musik tradisi dunia.
Karya-karya world music umumnya mereprsentasikan musik-musik tradisi dunia yang sudah berakar di masyarakat. Serta musik-musik baru yang memiliki unsur tradisi dunia--sering disebut world fusion, karena memfungsikan beberapa unsur-unsur musik dari beberapa tradisi dunia. World music kemudian berkembang dan menjadi sangat popular dalam bentuk-bentuk festival di dunia.
Reporter: Baringin Lumban Gaol